Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
INDONESIA berkomitmen mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 dengan target bauran energi terbarukan 34% pada 2030. Untuk mewujudkan ambisi itu, diperlukan percepatan investasi di sektor energi bersih.
Institute for Essential Services Reform (IESR) mengungkapkan, meski potensi teknis energi terbarukan Indonesia mencapai 3.700 GW, pemanfaatannya masih jauh dari optimal, terutama untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan tenaga bayu (PLTB).
Dalam kajian Unlocking Indonesia’s Renewable Future, IESR mengidentifikasi 333 GW potensi proyek energi terbarukan berdasarkan regulasi tarif saat ini dan ketersediaan infrastruktur listrik.
"Melihat potensi ini, tentu ada kontradiksi dengan realitas pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia. Namun, temuan ini menunjukkan bahwa kita bisa bergerak lebih cepat dalam memanfaatkannya," ujar Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR Deon Arinaldo, Rabu (26/3).
Menurut Koordinator Riset Data dan Pemodelan IESR Pintoko Aji, dari total 333 GW potensi proyek energi terbarukan, sekitar 205,9 GW atau 61% dianggap layak secara finansial dengan tingkat pengembalian investasi (EIRR) di atas 10%.
Potensi itu mencakup 167 GW PLTB onshore, terutama di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, berikutnya 165,9 GW PLTS ground-mounted dengan potensi terbesar di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, serta 0,7 GW pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) yang banyak terdapat di Sumatra.
Dorongan infrastruktur dan regulasi
IESR menekankan perlunya penguatan infrastruktur untuk mendukung pengembangan energi terbarukan, terutama dalam aspek transmisi dan distribusi listrik. Selain itu, pemerintah perlu menyederhanakan proses pengadaan lahan dan memasukkan alokasi energi terbarukan dalam perencanaan tata ruang daerah.
Sementara itu, Ketua Pakar Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Herman Darnel Ibrahim menegaskan, energi surya bisa menjadi pilihan utama dalam transisi energi di Indonesia.
"Teknologi energi surya semakin matang dan kompetitif, bahkan lebih unggul dibandingkan pembangkit tenaga nuklir atau gas," ujarnya.
Dengan potensi besar yang ada, IESR mendorong langkah konkret untuk mempercepat realisasi proyek energi terbarukan dan menarik lebih banyak investasi guna mendukung transisi energi yang berkelanjutan di Indonesia. (E-1)
PRESIDEN Prabowo Subianto meresmikan sebanyak 55 pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) yang tersebar di 15 provinsi, termasuk milik Medco.
Pabrik Ajinomoto di Mojokerto dan Karawang juga memperkuat penggunaan energi terbarukan melalui kerja sama dengan PT PLN (Persero) dengan memanfaatkan Renewable Energy Certificate (REC).
PLTS diprediksi memberikan peluang lapangan kerja bagi lebih 350.000 pekerja, paling tinggi di antara sektor EBT lainnya.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 dinilai berpotensi menghambat momentum Indonesia dalam merealisasikan transisi energi.
Penelitian dan pilot project perlu digencarkan untuk menyesuaikan algoritma machine learning dengan kondisi geologi Indonesia.
Seluruh sumber energi untuk menghasilkan hidrogen masih berkaitan dengan bawah permukaan bumi .Geofisika menjadi salah satu disiplin ilmu yang dapat mengidentifikasinya.
Net Zero Emission (NZE) menjadi fokus pemerintah guna mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim. BP Batam mendukung upaya ini melalui pengembangan investasi energi baru dan terbarukan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved