Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ketua Banggar DPR Yakin Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Bisa Tercapai

Rahmatul Fajri
06/2/2025 22:11
Ketua Banggar DPR Yakin Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Bisa Tercapai
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah(Dok. Antara)

PRESIDEN Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional dapat mencapai 8 persen selama masa pemerintahannya. Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah, meyakini bahwa target tersebut sangat mungkin tercapai asalkan pemerintah mampu melakukan perbaikan di sektor-sektor strategis.

Menurut Said, agenda pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus dirancang agar seluruh rakyat dapat merasakan manfaatnya.

“Tidak boleh ada yang tertinggal dalam pembangunan. Oleh karena itu, kita memiliki dua pekerjaan rumah besar, yaitu keluar dari jebakan pertumbuhan 5 persen dan mengoreksi model pertumbuhan ekonomi dengan efek rembesan ke bawah (trickle-down effect) yang diperkenalkan oleh Albert Hirschman,” ujar Said melalui keterangannya, Kamis (6/2).

Model tersebut, lanjut Said, berasumsi bahwa pemberian insentif kepada kelompok ekonomi atas akan membuka lebih banyak lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih luas. “Namun kenyataannya, laju pertumbuhan ekonomi bagi kelompok atas jauh lebih besar dibandingkan kelompok menengah ke bawah. Akibatnya, hanya sedikit manfaat yang ‘merembes’ ke masyarakat bawah,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa ketimpangan ekonomi dapat dikonfirmasi melalui data rasio gini. “Pada akhir Orde Baru, rasio gini Indonesia mencapai 0,33 dan terus meningkat hingga 0,437 pada 2013. Dalam sepuluh tahun terakhir, angka ini tetap tinggi di kisaran 0,38 hingga 0,40,” ungkapnya.

Legislator Fraksi PDI Perjuangan itu mengapresiasi kebijakan Presiden Prabowo yang berupaya mengonsolidasikan sumber daya pembangunan agar pertumbuhan ekonomi dapat melampaui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar 5,2 persen.

Salah satu langkah yang diambil adalah efisiensi belanja negara untuk memastikan anggaran dialokasikan pada program strategis seperti perbaikan gizi anak, kesehatan, pendidikan, kemandirian pangan, dan energi. “Jika program gizi dan pendidikan diperkuat secara sistematis, kita bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja sehat dan terdidik di pasar tenaga kerja. Ini bukan program jangka pendek, tetapi investasi jangka panjang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.

Salah satu program yang disorot adalah Makan Bergizi Gratis (MBG). Said menyarankan agar program ini lebih inklusif dengan melibatkan pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) sebagai pemasok makanan bergizi.

“Dengan standar kualitas yang ditetapkan, UMK dapat menjadi bagian dari rantai pasok MBG, yang akan mendorong kebangkitan sektor usaha kecil yang selama ini mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19. Lebih dari 65 juta UMK bisa terdorong dengan kebijakan ini, sehingga daya beli masyarakat menengah bawah ikut meningkat,” jelasnya.

Di sektor hulu, lanjut Said, MBG juga dapat meningkatkan permintaan bahan pangan, sehingga Badan Pangan Nasional (Bapanas) perlu bersinergi dengan pemerintah daerah dan desa untuk menata rantai pasok yang lebih efisien. “Jika dijalankan dengan baik, program ini tidak hanya memperkuat kemandirian pangan nasional tetapi juga mengurangi ketergantungan pada subsidi bantuan sosial yang selama ini menghabiskan anggaran besar tanpa dampak pemberdayaan yang nyata,” tuturnya.

Selain mengoptimalkan APBN, Presiden Prabowo juga mendorong konsolidasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui pembentukan super holding Danantara. “Dengan capital expenditure (capex) yang besar, Danantara diharapkan dapat mengelola investasi strategis yang akan mempercepat industrialisasi nasional,” ucap Said.

Ia menegaskan bahwa dua aspek utama Danantara adalah investasi dan industrialisasi yang terarah. Inisiatif ini berpotensi menjadi landasan utama dalam memperluas program hilirisasi yang dikendalikan langsung oleh BUMN. Namun, lanjutnya, fokus utama harus tetap pada optimalisasi pengelolaan sumber daya alam (SDA) agar dapat diolah menjadi produk industri yang masuk dalam rantai pasok global.

“Saya meyakini bahwa jika dua pilar utama, APBN dan BUMN, dapat dikelola secara terstruktur dan efisien, maka Indonesia tidak hanya mampu keluar dari stagnasi pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen, tetapi juga mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif,” imbuhnya. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya