Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KEHADIRAN Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) disebut membuka peluang pencapaian pertumbuhan ekonomi di angka 8%. Pasalnya badan anyar itu bakal menjadi daya pikat bagi penanam modal asing.
"Dengan model seperti ini maka diharapkan foreign direct investment bisa mengalir kencang dan bisa bantu target pertumbuhan ekonomi pemerintah 7%-8%," kata pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto saat dihubungi, Selasa (4/2).
Kehadiran Danantara pasca-perevisian UU BUMN menurutnya mampu mendorong pengelolaan perusahaan-perusahaan BUMN menjadi lebih baik. Perusahaan yang dimiliki negara disebut bakal mampu meningkatkan penciptaan nilai dan membuat kinerjanya bisa setara dengan Temasek atau pun SASAC.
Danantara, kata Toto, tak berarti meniadakan peran Kementerian BUMN. Itu karena Kementerian BUMN bakal menjadi pengawas Danantara yang berperan sebagai eksekutor. "Kementerian BUMN dalam UU tersebut difungsikan sebagai dewas saja, executing agency-nya adalah BP Danantara," terangnya.
Nantinya, semua aksi korporasi BUMN hingga penunjukkan dewan direksi dan dewan komisaris bakal menjadi kewenangan dari Danantara. Namun jika pemerintah tak setuju, maka Kementerian BUMN dapat mengeksekusi satu lembar saham seri A untuk melakukan veto.
"Jadi menurut saya ini mekanisme governance yang cukup sehat," ungkap Toto.
Danantara juga dinilai akan memiliki peran strategis, bukan saja sebagai pengelola BUMN, tetapi juga pengelola investasi. Nantinya akan ada dua holding di bawah Danantara, yaitu holding BUMN operasional dan Holding BUMN investasi.
Tugas holding BUMN operasional ialah menjalankan fungsi pengelolaan BUMN secara optimal supaya value creation bisa ditingkatkan. Sementara ungsi holding investasi adalah menjalankan mandat supaya BP Danantara bisa berperan strategis dalam melakukan proses investasi dalam membantu pembangunan sektor strategis yang diprioritaskan pemerintah, misal ketahanan energi , ketahanan pangan, dan lainnya.
"Caranya Danantara bisa undang global investor untuk bersama-sama chip in dalam project yang diusulkan, misal pembangunan new refinery untuk kilang minyak," imbuh Toto.
"Kenapa global investor mau joint? Karena mereka yakin local investor (Danantara) punya kredibilitas yang oke dari sisi aset dan otoritas dan mau berbagi risiko di proyek tersebut," pungkasnya. (Mir/M-3)
Investasi asing di sektor properti Bali menunjukkan lonjakan tajam sejak beberapa tahun terakhir. Data terbaru mencatat kenaikan minat investor mancanegara hingga 85%
Realisasi investasi Qatar tersebut masih bergantung pada kesiapan Indonesia dalam menyiapkan proyek yang kredibel dan menarik secara komersial.
Era globalisasi akan meningkatkan potensi investor masuk ke Indonesia dan para investor membutuhkan konsultan hukum yang anti-mainstream.
Danantara bakal mengelola aset-aset seluruh perusahaan pelat merah di dalam negeri, menjadi modal untuk menarik investasi asing masuk ke dalam negeri.
INDONESIA sejatinya dipandang sebagai negara tujuan investasi yang menarik. Namun aspek kepastian dan prediktabilitas iklim usaha kerap mengganjal penanaman modal asing di dalam negeri.
ARAH pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai semakin suram. Indikator-indikator utama terus melemah, kebijakan publik dianggap belum efektif.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tinggi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Langkah pemerintah melakukan deregulasi terkait impor dan kemudahan berusaha diapresiasi.
HIMPUNAN Kawasan Industri Indonesia (HKI) menegaskan perlunya langkah konkret untuk memperkuat ekosistem investasi kawasan industri di tengah target ambisius pemerintah
PENURUNAN tajam peringkat daya saing Indonesia dalam laporan IMD World Competitiveness Ranking 2025 tidak lepas dari merosotnya efisiensi pemerintah dan efisiensi bisnis.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved