Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

UOB Prediksi Dolar AS Perkasa Sepanjang Tahun

Insi Nantika Jelita
24/1/2025 19:06
UOB Prediksi Dolar AS Perkasa Sepanjang Tahun
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Jakarta.(MI/Usman Iskandar)

UOB Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah sepanjang tahun ini. Dalam skenario terburuk, rupiah diprediksi menyentuh level Rp16.800 per dolar AS. Pelemahan itu akibat ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi dan penguatan dolar AS akibat kebijakan proteksi Presiden AS Donald Trump.

"Proyeksi UOB pada akhir 2025 rupiah berada di angka Rp16.500 per dolar AS. Kemungkinan akan mengalami keterpurukan terparah pada kuartal III 2025, di level Rp16.800," ujar Head of Deposit and Wealth Mangement UOB Indonesia Vera Margaret di Jakarta, Jumat (24/1).

Ia melihat Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan  memperlambat laju penurunan suku bunga pada 2025. Hal itu dapat mendorong penguatan dolar AS dan berisiko menekan mata uang lainnya, termasuk rupiah. The Fed diperkirakan hanya menurunkan suku bunga sebanyak dua kali sepanjang tahun ini.

"Sementara, untuk suku bunga acuan BI rate, kami proyeksikan juga turun dua sampai tiga kali di tahun ini," katanya.

Vera menerangkan dampak langsung dari pelemahan rupiah itu ialah nainya biaya impor. Hal itu akan membuat harga-harga bahan baku industri hingga barang konsumsi jadi mahal. Hal tersebut pun dapat memicu inflasi karena produsen cenderung menaikkan harga produk.

Terkait soal inflasi, sambungnya, cuaca ekstrem yang memengaruhi produksi pertanian akhirnya ikut menaikkan tingkat inflasi sejumlah bahan pangan. Berdasarkan perhitungan analisa UOB, inflasi di tahun ini diperkirakan sebesar 2,5% secara tahunan (yoy).

"Berdasarkan hitungan ekonom UOB, sampai 2025 inflasi akan ditutup 2,5%. Ini mengalami kenaikan dari sebelumnya 2,3%. Masalah soal suplai yang berkurang dan kenaikan permintaan masih akan berlanjut di 2025," ucapnya.

Vera menyebut tren pelemahan daya beli masyarakat masih terus berlanjut di tahun ini. Tabungan masyarakat pun dikhawatirkan semakin seret.

Mengutip data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), ada penurunan signifikan rerata saldo tabungan masyarakat, dari Rp3 juta pada 2019 merosot jadi Rp1,8 juta per April 2024. Artinya, aset tabungan masyarakat turun 40% dalam lima tahun terakhir.

"Kami melihat tabungan kelas menengah ke bawah bakal terus mengalami degradasi. Makanya, kami memiliki peran dalam membantu masyarakat meningkatkan literasi serta inklusi keuangan," pungkasnya. (Ins/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya