Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Masuk BRICS, Peluang Indonesia Genjot Investasi Hilirisasi

Insi Nantika Jelita
22/1/2025 19:36
Masuk BRICS, Peluang Indonesia Genjot Investasi Hilirisasi
Hilirisasi nikel terbukti memperluas dampak ekonomi dari sektor pertambangan.(MI/Anggoro)

MASUKNYA Indonesia sebagai anggota penuh aliansi Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan (BRICS) diyakini dapat menggenjot masuknya investasi di sektor hilirisasi dalam jangka panjang.

Hal itu menjadi benang merah dalam Forum Diskusi Denpasar 12: Setelah Indonesia Gabung BRICS: Peluang dan Manfaat Ekonomi Apa Saja Yang Kita Dapatkan, secara daring, Rabu (22/1).

"Kalau ditanya investasi di bidang apa yang bisa kita tawarkan dengan negara BRICS, jawabannya yaitu hilirisasi. Kita ada 15 komoditas hilirisasi dan ini bisa menarik investasi dari mereka," ujar Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia (BKPM) Tirta Nugraha Mursitama saat menyampaikan materi.

Ia mencontohkan salah satu mineral terbesar yang dimiliki Indonesia selain nikel ialah kobalt. Komoditas itu memiliki cadangan hingga 600 ribu ton dan merupakan cadangan ketiga terbesar di dunia. Dengan menghasilkan produk turunan seperti prekursor, hilirisasi kobalt diyakini dapat menggaet investasi dari negara-negara BRICS.
Prekusor merupakan campuran nikel, kobalt, dan mangan untuk produksi katoda baterai lithium-ion.  

"Kita bisa memproduksi baterai kendaraan listrik dan ini bisa kita tawarkan investasi ke mereka," imbuh Tirta.

Selain itu, Indonesia bisa memperluas investasi hilirisasi dengan Brasil di sektor perikanan. Indonesia termasuk dalam tiga besar negara yang mempunyai cadangan perikanan dunia, terutama sebagai produsen tuna terbesar di dunia.

"Di sektor hilirisasi perikanan, kita bisa tawarkan investasi tuna, cakalang, dan tongkol ke mereka," ucapnya.
 
Ada iming-iming
Dalam kesempatan sama, Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengapresiasi langkah pemerintah untuk membawa Indonesia masuk ke BRICS. Pasalnya, aliansi ekonomi itu memiliki pasar besar yang mewakili lebih dari 40% populasi dunia. Tak cuma itu, BRICS juga menguasai lebih dari 25% produk domestik bruto (PDB) dunia dan 20% perdagangan global.

"Juga tenaga kerja yang produktif dan terdidik di usia emasnya, serta kemampuan teknologi. Negara anggota BRICS juga memiliki sumber daya alam yang melimpah. Itu kelebihan BRICS," katanya.

Untuk mempercepat pembangunan ekonomi di negara-negara anggota, BRICS juga disebut berkomitmen menyediakan dana sebesar US$200 miliar atau sekitar Rp3.240 triliun yang akan dialokasikan ke sejumlah bank pembangunan dan dijadikan dana darurat.

"Ini menjadi iming-iming buat Indonesia bergabung dengan BRICS. Namun untuk bisa bergabung di BRICS, itu tidak gratis ya. Ibarat kata, pasti ada iuran yang diberikan juga," jelasnya.

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (Rerie) menilai ada lompatan peluang ekonomi besar bagi Indonesia setelah masuknya menjadi anggota BRICS. Dengan memiliki berbagai sektor keunggulan ekonomi yang berbeda dari setiap negara BRICS, serta sumber daya alam yang melimpah, diharapkan menjadi pintu masuk investasi yang besar bagi Indonesia.

"Karena BRICS itu terdiri dari negara-negara yang besar, yang memiliki kemampuan dan potensi ekonomi yang tinggi," bilangnya.

Dengan BRICS memiliki peran penting dalam ekonomi global, Rerie yakin ekonomi Indonesia akan tumbuh signifikan lewat berbagai macam potensi kerja sama investasi. Dengan begitu, politikus Partai NasDem itu memahami keputusan pemerintah Indonesia bergabung ke BRICS.

"Sehingga kita bisa memahami dan bisa mengerti apa yang menjadi keputusan dari pemerintah. Kalau ini sudah diputuskan, kita harus mengawal dan yang pasti mengharapkan aspek kesejahteraan," pungkasnya. (Ins/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya