Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MASUKNYA Indonesia dalam poros ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan) membuka peluang bagi Indonesia mengubah haluan dalam impor minyak mentah.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, tidak jadi persoalan jika Indonesia pada akhirnya impor minyak dari Rusia.
Selama ini, sumber utama impor minyak mentah Indonesia berasal dari Nigeria, Saudi Arabia, Angola dan Gabon. Sedangkan, sumber utama impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia ialah Singapura dengan porsi 56,58%, Malaysia 26,75%, India 6,28%, dan negara lainnya seperti Tiongkok, Oman, Korea.
Pemerintah, kata Bahlil, terbuka dengan negara manapun untuk mendatangkan peluang kerja sama ekonomi. Itu termasuk menyuplai pasokan minyak dari banyak negara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Ketika kita bangun (hubungan) dengan BRICS, dan kemudian ada peluang untuk kita mendapatkan minyak dari Rusia, selama itu sesuai aturan dan tidak ada persoalan, kenapa tidak," ujarnya di Jakarta, Jumat (10/1).
Bahlil menyebut Indonesia menganut asas politik bebas dan aktif. Dengan kata lain, tidak terikat dalam salah satu blok. Hal itu termasuk dalam hal kerja sama perdagangan, khususnya di bidang minyak dan gas (migas).
"Dengan Indonesia menganut asas politik bebas dan aktif, semua peluang yang menguntungkan Indonesia, baik bergabung dengan BRICS maupun dengan OECD (Organization of Economic Co-operation and Development), saya pikir enggak ada masalah," tegasnya.
Bahlil menyebut pemerintah terus membuka peluang kerja sama untuk memenuhi pasokan minyak yang selama ini terus bergantung pada luar negeri.
"Jadi, ya mungkin saja peluang itu ada (pembelian minyak dari Rusia). Asal minyaknya dari sana. Tapi, ini kan belum pasti ya," pungkasnya. (Ins/E-2)
Sejauh ini tindak lanjut dari kesepakatan dagang energi dengan AS ialah dibuatnya nota kesepahaman (MoU) antara PT Kilang Pertamina Internasional dengan tiga perusahaan energi besar asal AS.
Kementerian ESDM tengah menetapkan langkah-langkah strategis, terutama dengan Pertamina, untuk menindaklanjuti kesepakatan dagang Indonesia-AS tersebut.
Secara keseluruhan, Indonesia bakal impor energi dari 'Negeri Paman Sam' sebesar US$15 miliar atau sekitar Rp245,1 triliun (kurs Rp16.340 per dolar AS).
PRESIDEN RI Prabowo Subianto mengungkapkan besaran impor migas Indonesia bisa mencapai US$40 miliar per tahun.
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan bahwa niat pemerintah untuk mengimpor migas serta pangan dari Amerika Serikat (AS) tidak akan merugikan Indonesia.
Impor migas sebagai upaya pemerintah untuk menyeimbangkan neraca perdagangan sebagai bahan negoisasi dengan pemerintah Amerika Serikat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved