Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
PT Pertamina menyatakan komitmennya untuk mengimpor komoditas energi dari Amerika Serikat, seperti minyak mentah (crude oil) dan liquefied petroleum gas (LPG). Hal ini sebagai bagian dari syarat pemberlakuan tarif bea masuk yang disepakati kedua negara.
Secara keseluruhan, Indonesia bakal impor energi dari 'Negeri Paman Sam' sebesar US$15 miliar atau sekitar Rp245,1 triliun (kurs Rp16.340 per dolar AS).
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan, rencana impor minyak mentah dan LPG masih berada pada tahap awal berupa penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pertamina dan sejumlah mitra dari Amerika Serikat.
"Poin yang terbahas memang minyak mentah dan LPG. Kemarin baru ada MoU, tapi ini akan ada tahapan-tahapan lanjutan yang harus kami lakukan bersama mitra di bawah koordinasi kementerian terkait," ungkap Fadjar, Kamis (17/7).
Ia menjelaskan, MoU tersebut berkaitan dengan optimalisasi pengadaan feedstock yakni bahan baku utama untuk operasional kilang minyak Pertamina di dalam negeri. Kendati demikian, Fadjar belum bisa membeberkan detail siapa mitra kerja sama yang dimaksud karena terikat oleh perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement).
"Karena ada non-disclosure agreement dengan mitra, kami tidak bisa menyampaikan detilnya," tegasnya.
Fadjar menambahkan, selain minyak mentah, Pertamina juga membuka peluang impor LPG dari AS. Saat ini, sekitar 57% dari total kebutuhan LPG nasional masih dipenuhi melalui impor. Meski porsinya sudah besar, ruang untuk peningkatan volume impor tetap terbuka, tergantung hasil negosiasi yang akan dilanjutkan bersama pemerintah.
"Mengenai volume dan nilai transaksinya belum bisa kami sampaikan. Ini karena masih dalam proses negosiasi yang terus berkembang," bebernya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tri Winarno menyampaikan belum ada pembahasan teknis mendalam terkait pembelian minyak mentah dan elpiji dari AS.
"Belum, belum ada rincian," katanya di Jakarta, Rabu (16/7).
Namun demikian, Tri menuturkan pemerintah tetap terbuka terhadap peluang kerja sama di sektor energi yang saling menguntungkan, dengan tetap mempertimbangkan aspek keekonomian serta dinamika geopolitik global
"Kalau terkait free access, selama ini kita memang terbuka. Prinsipnya melihat secara keekonomian dan geopolitik. Ya sepanjang itu menguntungkan kita, kenapa tidak," ucapnya.
Ia pun berharap kerja sama pembelian komoditas energi dengan AS dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat bagi pemenuhan kebutuhan energi nasional.
"Harapannya ya semuanya berjalan baik," tutupnya. (Ins/E-1)
Penguatan kebijakan penting dilakukan agar pelaku industri tidak terdampak oleh potensi pengalihan pasar dari negara-negara yang terimbas ketentuan dagang baru.
Donald Trump pada hari Kamis (10/7) menyatakan rencananya untuk menetapkan tarif menyeluruh sebesar 15% atau 20% untuk sebagian besar negara mitra dagang.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara resmi menaikkan tarif impor terhadap barang dari 22 negara.
Apindo menekankan pentingnya menjaga posisi tawar Indonesia agar tidak dipukul rata dengan negara-negara BRICS lainnya.
Kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah Donald Trump, termasuk kenaikan tarif secara resiprokal, seharusnya sebagai momentum untuk mendorong akselerasi deregulasi
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved