Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pelemahan Rupiah Dipicu Data Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen

Insi Nantika Jelita
11/11/2024 16:07
Pelemahan Rupiah Dipicu Data Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS.(Dok. Antara)

PADA perdagangan sore ini, Senin (11/11), rupiah ditutup melemah 17,5 poin menjadi Rp15.689,5 per dolar Amerika Serikat (AS). Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengaitkan pelemahan mata uang garuda dengan laporan Bank Indonesia mengenai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2024 yang berada di angka 121,1. IKK ini mengalami perlambatan yang signifikan jika dibandingkan September 2024 yang mencapai 123,5.

"Sebagai catatan, ini adalah level terendah sejak Desember 2022," kata Ibrahim dalam keterangan resmi, Senin (11/11).

BI, lanjutnya, mengeklaim IKK Oktober masih tetap terjaga seiring dengan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan optimisme terhadap kondisi ekonomi ke depan. Survei Konsumen BI ini juga mencatat pada Oktober 2024 keyakinan konsumen tercatat tetap optimis pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan IKK tercatat pada responden dengan pengeluaran Rp1-2 juta. Berdasarkan usia, IKK meningkat pada kelompok usia 20-30 tahun.

Dalam survei konsumen ini, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Oktober 2024 tercatat masing-masing sebesar 109,9 dan 132,4. Pada Oktober 2024, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini tetap kuat, tecermin dari IKE Oktober 2024 sebesar 109,9.

Dari faktor eksternal, pelemahan rupiah dipicu menguatnya indeks dolar AS. Sejumlah pejabat The Fed akan berpidato minggu ini mengenai arahan tentang prospek suku bunga. Data juga akan berpengaruh karena harga konsumen AS yang membaik. Semua ini dipandang sebagai hal yang menguntungkan bagi dolar dalam jangka panjang, meskipun belum terlihat seperti apa kebijakan Donald Trump yang sebenarnya akan diterapkan.

Selain itu, lanjut Ibrahim, ringkasan pendapat dari pertemuan kebijakan Bank of Japan pada Oktober menunjukkan beberapa anggota tidak yakin kapan harus menaikkan suku bunga lagi mengingat volatilitas pasar, sehingga mengurangi kemungkinan kenaikan pada bulan Desember.

Keputusan itu tidak akan dipermudah oleh ketidakpastian politik karena anggota parlemen Jepang akan memutuskan apakah Perdana Menteri Shigeru Ishiba tetap menjadi pemimpin setelah koalisinya kehilangan mayoritas parlemen akhir bulan lalu. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya