Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

HUT RI ke-79 Harus Jadi Momentum Tingkatkan Kesejahteraan Buruh

Faustinus Nua
16/8/2024 15:53
HUT RI ke-79 Harus Jadi Momentum Tingkatkan Kesejahteraan Buruh
:Massa buruh berdemonstrasi memperingati Hari Buruh Internasional di kawasan Bundaran HI, Jakarta.(Dok. Antara)

AKTIVIS buruh nasional yang juga Presiden Women Committee Asia Pasific UNI Apro, Mirah Sumirat, menyampaikan rasa keprihatinannya terhadap kondisi nasib pekerja atau buruh Indonesia yang semakin buruk. Untuk itu, di momen peringatan HUT ke-79 kemerdekaan RI diharapkan ada upaya-upaya konkret dalam mendukung atau membantu buruh di Indonesia.

Mirah mengatakan, kondisi ekonomi yang tidak menentu harus segera direspons dengan tepat oleh pemerintah, sehingga tidak berdampak lebih buruk lagi terhadap nasib para pekerja. Dampak dari penetapan upah murah sejak tahun 2015 lewat PP 78/2015 tentang pengupahan menghilangkan perhitungan Komponen Hidup Layak (KHL), serta meniadakan fungsi Dewan Pengupahan yang mengakibatkan politik upah murah berlaku tanpa hambatan.

"Lalu munculnya UU Omnibus Law Cipta Kerja makin memperkuat penetapan upah murah bagi pekerja/ buruh Indonesia," ujar Mirah dalam keterangannya, Jumat (16/8).

Baca juga : Penurunan Ekspor Nonmigas Faktor Terbitnya Permenaker 5 Tahun 2023

Mirah menyebut nasib pekerja Indonesia seakan sudah jatuh dan tertimpa tangga pula. Sebab, selain upah murah, kondisi ekonomi pekerja Indonesia diperburuk dengan tingginya harga pangan dan harga barang kebutuhan pokok hampir 20%. Dampaknya daya beli turun, karena upah tidak bisa mengimbangi harga pangan dan kebutuhan dasar yang cenderung tidak terkendali.

"Penetapan upah murah menyebabkan daya beli turun sehingga barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan kecil, menengah dan besar menjadi tidak laku. Dampak mengerikan adalah perusahaan banyak yang tutup karena produksi menumpuk alias tidak lalu, sehingga perusahaan melakukan PHK massal para pekerja/ buruhnya sebagai jalan satu-satunya agar perusahaan bisa tetap berjalan," jelasnya.

Menurutnya, perusahaan banyak yang tutup bukan hanya karena dampak upah murah tapi juga karena serbuan barang impor terutama tekstil. Barang produksi lokal menjadi tidak laku dan kalah saing karena harga yang lebih murah dengan kualitas hampir sama.

Baca juga : Indonesia Mesti Waspadai Tren PHK dan Pekerja Informal

Belum lagi bergesernya model industri dari konvensional menjadi digitalisasi/ otomatisasi membuat sebagian besar perusahaan tutup dan mem-PHK massal pekerja.

"Saya berharap pemerintah yang baru bisa memperbaiki kondisi ekonomi saat ini dengan memastikan semua warga negara pekerja/ buruh mendapatkan kesejahteraan, cita -cita semua pihak untuk mewujudkan Indonesia Emas bisa terealisasi," kata dia.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya