Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Aset Keuangan Syariah Global Diprediksi Capai Rp94 Ribu Triliun di 2025

Insi Nantika Jelita
08/8/2024 21:22
Aset Keuangan Syariah Global Diprediksi Capai Rp94 Ribu Triliun di 2025
Ilustrasi(Antara)

Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Yono Haryono mengungkapkan aset keuangan syariah secara global diperkirakan terus meningkat. Jumlahnya bisa menembus US$5,94 triliun atau setara Rp94.758 triliun di 2025-2026 mendatang dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 9%.

Yono menjabarkan di 2020-2021, potensi aset keuangan syariah global sebesar US$3,3 triliun atau senilai Rp52.618 triliun. Jumlah tersebut naik 17% di 2021-2022 menjadi US$3,96 triliun atau setara Rp63.142 triliun. Hal ini disampaikan Yono dalam acara Menara Syariah dan International Centre For Education In Islamic Finance (INCEIF) University Malaysia Symposium di Gedung Menara Syariah di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Banten, Kamis (8/8).

"Ada potensi yang sangat luar biasa yang dimiliki dari ekonomi syariah. Aset keuangan syariah tumbuh 17% dan jumlah ini akan naik terus," ujar Yono.

Baca juga : Ramadan di NTT Jadi Momen Tepat Perkuat Literasi Ekonomi Syariah

Selain itu, perkembangan ekonomi syariah yang positif terlihat dari nilai total transaksi terkait keuangan syariah yang melonjak lebih dari lima kali lipat, naik dari US$2,19 miliar atau senilai Rp34,8 triliun 2021-2022 menjadi US$14,4 miliar pada 2022-2023.

Bank Indonesia juga sebelumnya telah memproyeksikan ekonomi dan keuangan syariah akan tumbuh dikisaran 4,7%-5,5% secara tahunan (year on year/yoy) di 2024. Ini didukung pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 10%-12% yoy.

Untuk mencapai target tersebut, BI berupaya melakukan penguatan komersial dan sosial syariah, pengembangan pasar uang syariah melalui instrumen Sukuk Bank Indonesia (SUKBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), serta mendorong inovasi produk baru untuk mengembangkan perbankan syariah.

Baca juga : Wapres Inginkan Industri Asuransi Syariah Terus Bertumbuh

"Kita sangat memperhatikan bagaimana instrumen-instrumen di pasar uang syariah bisa banyak dimanfaatkan. Serta, mendorong inovasi-inovasi produk bank syariah agar bisa mengimbangi bank konvensional," imbuhnya.

Dalam kesempatan sama, Dekan INCEIF University Malaysia Aishath Muneeza menambahkan berbagai instrumen bisa digunakan untuk mendorong pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Misalnya seperti produk keuangan Cash Waqf Linked Sukuk yang merupakan salah satu bentuk investasi berupa wakaf uang yang dikumpulkan oleh Badan Wakaf Indonesia selaku Nazhir melalui BNI Syariah dan Bank Muamalat Indonesia. Dana hasil penjualan sukuk wakaf akan diinvestasikan oleh pemerintah untuk program pembiayaan sesuai perjanjian sukuk.

"Di Malaysia sendiri sedang berusaha untuk menemukan model inovatif seperti Cash Waqf Linked Sukuk. Kita membutuhkan investasi yang lebih beragam dengan produk-produk yang lebih berbeda untuk membangun pasar syariah," tandasnya. (Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya