Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
PAKAR ekonomi lingkungan IPB University Eka Intan Kumala Putri menyebut penerapan ekonomi sirkular pada industri akan berdampak signifikan terhadap penerimaan negara. Itu sebabnya, dia berharap, berbagai industri termasuk industri baja, untuk menerapkannya.
“Ekonomi sirkular masih bersifat imbauan, belum mandatory. Tetapi, kalau yang voluntary-voluntary tersebut diakumulasi, termasuk dari industri baja, akan cukup signifikan bagi penerimaan negara. Selain tentu saja, berdampak positif terhadap komitmen untuk mengurangi emisi,” kata Eka dalam keterangannya, hari ini.
Dalam konteks itulah Eka menyikapi positif, beberapa industri baja padat kapital yang sudah menerapkan ekonomi sirkular. Termasuk misalnya, PT Gunung Raja Paksi yang menghasilkan green aggregate dari slag grinding.
Baca juga : PLN EPI Manfaatkan Limbah Tepung Aren untuk Uji Cofiring PLTU Indramayu
Green aggregate tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang seperti konstruksi jalan, industri batako dan paving block, beton ready mix, dan lain sebagainya.
Eka menyebut industri baja tersebut bisa dikategorikan menerapkan ekonomi sirkular. Sebab, pada ekonomi sirkular perusahaan akan mendaur ulang limbahnya lebih dari satu tahap.
“Bisa didaur ulang lagi untuk tahap kedua, ketiga, dan seterusnya. Memang tidak mungkin sampai zero waste. Tetapi prinsipnya, ekonomi sirkular akan meminimalisasi waste yang terbuang,” papar Eka.
Baca juga : Amandina Bumi Nusantara Sukses Terapkan Ekonomi Sirkular di Indonesia
Menurut Eka, banyak keuntungan penerapan ekonomi sirkular. Selain berdampak positif terhadap penerimaan negara, ekonomi sirkular juga menguntungkan bagi perusahaan dan lingkungan.
Dari sisi perusahaan misalnya, akan mendapatkan intangible value dengan pengurangan emisi. Kedua, produk perusahaan akan memiliki brand di masyarakat sebagai produk berkelanjutan.
”Ketiga, perusahaan juga akan mendapatkan value. Misal ikut proper atau certification-certification, maka dari sisi bisnisnya akan terjamin,” imbuh Eka.
Baca juga : Anak Usaha SIG Kembangkan Wayang Jazz Baruwani Dari Manfaatkan Sampah
“Selain itu, perusahaan juga akan mendapatkan penghasilan dari produk yang terproses. Mungkin produk tahap kedua dari waste, ketiga, dan seterusnya,” jelas Eka.
Dari sisi lingkungan, ekonomi sirkular jelas akan mengurangi limbah, pencemaran, dan emisi yang terbuang. “Karena kalau mencemari lingkungan, yang mendapat sanksi adalah perusahaan. Bahkan perusahaan bisa tutup kalau masyarakat sudah komplain. Jangan main-main dengan lingkungan hari ini,” jelas Eka.
Eka menambahkan teknologi untuk daur ulang pada ekonomi sirkular saat ini terbilang mahal. Namun, seiring berjalannya waktu, yakni ketika teknologi sudah banyak dilakukan, harga keekonomian teknologi akan menurun.
Baca juga : Pemerintah Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2023 di Atas 5%
“Makanya, harus ada inisiasi dari perusahaan yang padat kapital, misal industri baja dengan modal besar, untuk mencoba teknologi itu. Sehingga ke depan perusahaan lain juga mereplikasi,” kata dia.
Pentingnya ekonomi sirkular sebelumnya disampaikan Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Amalia Adiningrat Widyasanti. Amalia mengatakan ekonomi sirkular merupakan pilar utama menuju Indonesia Emas 2045. "Penerapan ekonomi sirkular secara masif dapat membuka peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi masa depan," kata Amalia.
Amalia juga meyakini penerapan ekonomi sirkular dapat memberikan manfaat besar bagi Indonesia, baik secara ekonomi maupun lingkungan. Ekonomi sirkular, imbuhnya, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja baru, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved