Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEPUTUSAN Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan ke level 6% dikhawatirkan bakal menambah beban dunia usaha di dalam negeri. Pasalnya, penaikan tersebut ditakutkan mendorong bunga kredit perbankan yang diterima oleh pelalu usaha.
Jika bunga kredit mengalami penaikan, menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Widjaja Kamdani, ongkos usaha akan terkerek naik dan menambah beban pebisnis. Karenanya, BI dan pemerintah didorong untuk bisa menciptakan stabilitas dan penguatan nilai tukar agar kenaikan beban usaha dapat tetap berada di level yang bisa dikendalikan.
"Penaikan suku bunga acuan BI diproyeksikan memperparah peningkatan beban overhead cost usaha yang sudah terjadi selama ini. Namun besaran kenaikan terhadap overhead cost masih belum bisa ditentukan lantran perlu melihat dampak kebijakan suku bunga acuan terhadap suku bunga pinjaman riil kepada pelaku usaha dari sektor perbankan," ujar Shhinta saat dihubungi, Minggu (22/10).
Baca juga: Kenaikan BI Rate Harus Bisa Menciptakan Penguatan Nilai Tukar Rupiah
Kekhawatiran tersebut muncul karena secara histori penaikan suku bunga pinjaman riil tidak selalu sama besarnya dengan penaikan suku bunga BI. Penaikan suku bunga pinjaman bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari kenaikan bunga acuan BI.
"Kami sangat berharap sektor perbankan bisa mempertahankan suku bunga pinjaman di level yang sama atau setidaknya menciptakan penaikan yang sama besarnya dengan penaikan suku bunga BI, yaitu maksimal 25 bps, sehingga kenaikan beban overhead di sisi pelaku usaha menjadi minimal," harapnya. Penaikan suku bunga BI juga diperkirakan dapat memperlambat laju pertumbuhan kredit usaha karena risiko dan beban pinjaman yang lebih tinggi.
Baca juga: Kenaikan BI Rate Sebagai Dampak Volatilitas Pasar
Dunia usaha juga memandang perbankan saat ini semakin selektif dalam mendistribusikan kredit dengan tingkat suku bunga yang ada saat ini. Itu diduga karena tidak semua sektor usaha memiliki kinerja atau profit margin yang cukup besar untuk dapat menutupi beban bunga.
Dunia usaha, kata Shinta, turut memandang rupiah masih akan terus melemah hingga akhir tahun. Itu terutama jika The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) guna mengendalikan inflasi dan konflik di Timur Tengah meluas. Keduanya, dapat mendorong pelemahan rupiah secara signifikan.
"Karena itu, kami memahami dan mendukung langkah antisipatif BI dengan meningkatkan suku bunga acuan karena risiko pelemahannya semakin besar. Semoga saja dengan langkah kebijakan ini, pelemahan nilai tukar bisa diminimalisasi, bahkan rupiah bisa menguat," tutur Shinta. (Z-2)
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Bulan ini, Mei 2025, jadi waktu yang tepat bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Pasalnya, nilai tukar rupiah mulai stabil.
Pasar properti residensial Indonesia awal 2025 tumbuh terbatas. Penjualan hanya naik 0,73% YoY, didorong oleh kenaikan harga di segmen rumah kecil-menengah.
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
DALAM Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa-Rabu, 20-21 Mei 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,5%.
Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (7/5) waktu setempat, memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (fed fund rate/FFR) tetap di level 4,25-4,50%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved