Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
SEPANJANG perdagangan Rabu (23/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar +4,96 poin atau +0,07% ke level 6.921. Sektor basic materials (+1,63%) naik paling kuat, sementara di terlemah diisi oleh sektor infrastructure (-0,30%).
Sebelumnya Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menjelaskan pendorong IHSG pada semester II-2023 akan banyak digerakkan oleh perbankan dan consumer staples (barang-barang kebutuhan harian).
“Untuk perbankan di tahun ini, kami ekspektasikan bisa tumbuh 16%. Consumer staples masih bisa tumbuh 34%,” kata Adrian, pada media gathering bersama tim riset Bank Mandiri Group bertajuk ‘Perkembangan Ekonomi Global dan Indonesia 3Q2023’, Selasa (22/8).
Baca juga: IHSG Rabu Dibuka Menguat 14,07 poin
Adapun di luar sektor perbankan dan consumer staples, dia menilai kapitalisasi pasar dan bobotnya terhadap IHSG relatif kecil. Dengan demikian, perbankan dan consumer staples merupakan dua sektor penopang terbesar IHSG.
Oleh karena itu, Adrian menjagokan sektor perbankan dan consumer staples sebagai sektor unggulan dalam setahun ke depan. Sedangkan di luar dua sektor tersebut, seperti sektor telekomunikasi, pihaknya cenderung selektif.
Baca juga: IHSG Diproyeksi Capai Level 7.700 pada Akhir 2023
Mandiri Sekuritas juga merevisi turun proyeksi indeks harga saham gabungan (IHSG) tahun ini menjadi 7.180 dari semula 7.510. Penyebabnya terutama karena faktor valuasi, seiring dengan peningkatan risk premium menuju 5%.
“Kami yakin IHSG bisa mencapai 7.180 di akhir 2023 dengan estimasi price to earning ratio (PER) sekitar 13,6 kali,” kata Adrian.
Dia memperkirakan, pada semester II-2023, akan terjadi pemulihan pertumbuhan pendapatan, tepatnya pada kuartal IV-2023, seiring melandainya harga komoditas.
Faktor lainnya adalah perbaikan treasury rate dan pertumbuhan laba per saham (earning per share/EPS) emiten, yang diekspektasikan berada di level high single digit pada tahun depan.
“Pada semester II, kami melihat volatilitas masih akan terjadi karena penyesuaian dari IHSG yang mengalami pemulihan pertumbuhan pada tahun lalu, kini menjadi tumbuh normal, seiring tren penurunan harga komoditas,” kata Adrian.
Meski begitu, dalam 12 bulan ke depan, performa IHSG akan jauh lebih menarik. Sebab secara makro, Fed Fund Rate berpotensi turun pada tahun depan dan price-in para pelaku pasar terhadap pemilu.
Ditambah, tingkat inflasi yang lebih terkendali juga akan memberikan ruang bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan yang suportif. Sementara itu, di negara lain, masih akan terdampak post tightening pada tahun depan.
Imbasnya, pertumbuhan di pasar negara-negara maju akan bergerak slowing down dan efek komoditas di pasar domestik akan kembali, sehingga pertumbuhannya diharapkan bisa membaik.
“Ekspektasi kami dalam 12 bulan ke depan membaik, IHSG bisa outperform lagi,” kata Adrian. (Try/Z-7)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025, dibuka melemah 4,73 poin atau 0,07% ke posisi 7.103,06.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 17 Juni 2025, dibuka menguat 6,04 poin atau 0,08% ke level 7.161,89.
meningkatnya volatilitas di pasar global dalam beberapa hari terakhir. Sentimen investor saat ini dibayangi sikap kehati-hatian, di tengah masih tingginya ketegangan geopolitik
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Selasa 17 Juni 2025, dibuka menguat 56,50 poin atau 0,79% ke posisi 7.174,09.
Eskalasi konflik Israel vs Iran berpotensi mengoreksi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Senin 16 Juni 2025, dibuka menguat 10,61 poin atau 0,15% ke posisi 7.176,68.
KINERJA pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan atau pada Senin-Jumat, 16–20 Juni 2025 menunjukkan tren pelemahan.
Hingga 28 Mei 2025, total nilai transaksi Repo di SPPA mencapai Rp100,85 triliun, dengan rata-rata transaksi harian mencapai Rp2,86 triliun.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa per Mei 2025, jumlah investor saham di Indonesia telah mencapai rekor tertinggi, yakni 7.001.268 SID.
BNI mengumumkan rencana penerbitan obligasi berlandaskan keberlanjutan (Sustainability Bond) Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2025, dengan nilai maksimal Rp5 triliun.
Salah satu aspek yang menjadi peranan penting dari pertumbuhan ekonomi saat ini adalah masuknya investasi langsung atau yang disebut dengan Foreign Direct Investment (FDI).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved