Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Pendorong IHSG Semester II-2023 akan Berasal dari Sektor Perbankan dan Konsumer

Fetry Wuryasti
23/8/2023 21:19
Pendorong IHSG Semester II-2023 akan Berasal dari Sektor Perbankan dan Konsumer
Pekerja melintas di depan layar indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta,(ANTARA/INDRIANTO EKO SUWARSO )

SEPANJANG perdagangan Rabu (23/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar +4,96 poin atau +0,07% ke level 6.921. Sektor basic materials (+1,63%) naik paling kuat, sementara di terlemah diisi oleh sektor infrastructure (-0,30%).

Sebelumnya Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menjelaskan pendorong IHSG pada semester II-2023 akan banyak digerakkan oleh perbankan dan consumer staples (barang-barang kebutuhan harian).

“Untuk perbankan di tahun ini, kami ekspektasikan bisa tumbuh 16%. Consumer staples masih bisa tumbuh 34%,” kata Adrian, pada media gathering bersama tim riset Bank Mandiri Group bertajuk ‘Perkembangan Ekonomi Global dan Indonesia 3Q2023’, Selasa (22/8).

Baca juga: IHSG Rabu Dibuka Menguat 14,07 poin

Adapun di luar sektor perbankan dan consumer staples, dia menilai kapitalisasi pasar dan bobotnya terhadap IHSG relatif kecil. Dengan demikian, perbankan dan consumer staples merupakan dua sektor penopang terbesar IHSG.

Oleh karena itu, Adrian menjagokan sektor perbankan dan consumer staples sebagai sektor unggulan dalam setahun ke depan. Sedangkan di luar dua sektor tersebut, seperti sektor telekomunikasi, pihaknya cenderung selektif.

Baca juga: IHSG Diproyeksi Capai Level 7.700 pada Akhir 2023

Mandiri Sekuritas juga merevisi turun proyeksi indeks harga saham gabungan (IHSG) tahun ini menjadi 7.180 dari semula 7.510. Penyebabnya terutama karena faktor valuasi, seiring dengan peningkatan risk premium menuju 5%.

“Kami yakin IHSG bisa mencapai 7.180 di akhir 2023 dengan estimasi price to earning ratio (PER) sekitar 13,6 kali,” kata Adrian.

Dia memperkirakan, pada semester II-2023, akan terjadi pemulihan pertumbuhan pendapatan, tepatnya pada kuartal IV-2023, seiring melandainya harga komoditas.

Faktor lainnya adalah perbaikan treasury rate dan pertumbuhan laba per saham (earning per share/EPS) emiten, yang diekspektasikan berada di level high single digit pada tahun depan.

“Pada semester II, kami melihat volatilitas masih akan terjadi karena penyesuaian dari IHSG yang mengalami pemulihan pertumbuhan pada tahun lalu, kini menjadi tumbuh normal, seiring tren penurunan harga komoditas,” kata Adrian.

Meski begitu, dalam 12 bulan ke depan, performa IHSG akan jauh lebih menarik. Sebab secara makro, Fed Fund Rate berpotensi turun pada tahun depan dan price-in para pelaku pasar terhadap pemilu.

Ditambah, tingkat inflasi yang lebih terkendali juga akan memberikan ruang bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan yang suportif. Sementara itu, di negara lain, masih akan terdampak post tightening pada tahun depan.

Imbasnya, pertumbuhan di pasar negara-negara maju akan bergerak slowing down dan efek komoditas di pasar domestik akan kembali, sehingga pertumbuhannya diharapkan bisa membaik.

“Ekspektasi kami dalam 12 bulan ke depan membaik, IHSG bisa outperform lagi,” kata Adrian. (Try/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya