Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Indonesia Butuh US$200 Miliar untuk Implementasikan Penerapan Bangunan Hijau

M Ilham Ramadhan Avisena
22/8/2023 17:39
Indonesia Butuh US$200 Miliar untuk Implementasikan Penerapan Bangunan Hijau
Ilustrasi bangunan(Antara/Muhammad Adimaja)

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pendanaan hingga US$200 miliar dalam 10 tahun ke depan untuk mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan terkait dengan Green Building (bangunan hijau). 

Itu menjadi penting agar mencapai target dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal’s/SDG’s).

“Jadi dengan kata lain, pemerintah harus bekerja sangat keras untuk memanfaatkan opsi pembiayaan yang mendukung proyek pembangunan berkelanjutan di Indonesia,” ujarnya dalam Seminar on Energy Efficient Mortgage (EEM) Development Throughout ASEAN Countries, Jakarta, Selasa (22/8).

Baca juga : Bank DBS dan BNP Paribas Penuhi Aspirasi Nasabah Terkait Keberlanjutan

Merujuk laporan International Finance Corporation (IFC) wilayah Asia Pasifik membutuhkan dana sekitar US$17,8 triliiun untuk pembangunan perumahan tempat tinggal berkonsep hijau. 

Kebutuhan dana itu, kata Sri Mulyani, hanya dapat dipenuhi mellaui solusi pembiayaan inovatif dan kolaboratif dari banyak negara lainnya.

Baca juga : Terapkan Konsep Keberlanjutan, Perusahaan Perlu Rencana Terintegrasi

Namun itu juga mesti dibarengi dengan pembelajaran pengalaman dari banyak negara lain yang telah mencatatkan capaian positif dalam pembangunan berkelanjutan. 

Hal tersebut diperlukan meski sedianya Indonesia telah mengadopsi langkah-langkah pembangunan berkelanjutan dari sisi gedung fisik dengan menekankan prinsip bangunan hijau.

“Karena di Indonesia itu ternyata kebutuhan akan pembangunan gedung baru terus meningkat dan berkembang, dan perjalanan menuju konstruksi yang berkelanjutan itu masih menemui banyak kendala,” terang Sri Mulyani.

Kendala yang dihadapi Indonesia, lanjut dia, berupa hambatan keuangan yang ditandai dengan tingginya biaya uang muka dan terbatasnya akses ke permodalan. Padahal dua hal itu memiliki peranan penting bagi pembangunan infrastruktur berkelanjutan yang mengadopsi efisiensi energi.

Dengan adanya investasi yang masuk di sektor pembangunan berkelanjutan, imbuh Sri Mulyani, maka kebencanaan alam yang kerap dialami oleh kawasan hunian. 

“Bangunan yang berkelanjutan akan meminimalkan kerentanan terhadap banjir, kebisingan dan polusi cahaya serta meminimalkan polusi emisi, air dan tanah. Pembangunan Berkelanjutan juga memainkan peran yang sangat penting dalam mencapai target SDG’s kami,” jelas Sri Mulyani. (Z-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik