Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Menilik Potensi Produksi Soda Ash di Indonesia

Media Indonesia
09/5/2023 16:16
Menilik Potensi Produksi Soda Ash di Indonesia
Kernet menutup muatan Soda Ash dengan terpal di dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur.(ANTARA/Didik Suhartono)

SETIAP tahunnya, Indonesia masih harus mengimpor soda ash hingga hampir 1 juta metrik ton. Bukan tanpa alasan, karena senyawa soda ash memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. 

Tidak banyak yang mengetahui bahwa soda ash merupakan senyawa hasil industri petrokimia yang digunakan baik untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga. Sebagai contoh, soda ash digunakan untuk bahan baku pembuatan kaca, keramik, tekstil, kertas, hingga aki.

Sementara itu, untuk kegunaan rumah tangga, soda ash sering digunakan untuk pembuatan sabun dan detergen.

Baca juga: Cadangan Devisa Indonesia di Akhir April Sebesar US$144,2 Miliar

Pada 2022, data mencatatkan bahwa impor soda ash untuk kebutuhan domestik mencapai 916.828 metrik ton per tahun dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 1,2 juta metrik ton per tahun di 2030. 

Namun, sayangnya, hingga kini, untuk dapat memenuhi kebutuhan soda ash domestik, Indonesia masih bergantung pada impor.

Kondisi inilah yang dilihat sebagai peluang oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) sebagai perusahaan petrokimia terdepan di Indonesia dan produsen pupuk terbesar di Asia Tenggara yang siap menjajal produksi komoditas soda ash nasional dengan pembangunan pabrik baru yang berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur.

Baca juga: BPKP Siap Awasi Pengadaan Impor KRL Bekas

Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi mengungkapkan, “Sebagai salah satu upaya PKT dalam menerapkan ekonomi sirkular, kami memanfaatkan produk sampingan CO2 yang dihasilkan dari pabrik amoniak existing untuk menghasilkan produk hilir yang memberikan nilai tambah. Produksi soda ash akan menggunakan bahan baku CO2 hasil emisi pabrik, juga
amoniak sebagai by product pembuatan urea. Harapan kami, dengan
kapabilitas yang ada, PKT akan memenuhi kebutuhan soda ash domestik dan
mengurangi ketergantungan impor. Di tahap awal ini, kami siap memenuhi hingga 30% kebutuhan nasional atau mencapai 300 ribu metrik ton per tahun (MTPY).”

Dari segi target pasar, wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur diikuti oleh Riau, Sumatra Selatan, dan Sumatra Utara akan menjadi sasaran utama distribusi soda ash nantinya.

Pasalnya, kebutuhan soda ash di wilayah ini diperkirakan mencapai hingga 789 ton pertahun untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaca, keramik, detergen dan lain-lain.

Dengan dibangunnya pabrik soda ash ini, beban emisi CO2 perusahaan bukan hanya berkurang, tapi juga akan dimanfaatkan menjadi bahan yang lebih bermanfaat untuk industri dan kebutuhan harian masyarakat dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular.

Pabrik soda ash milik PKT pun nantinya berpotensi untuk menyerap lebih lanjut ekses CO2 sekitar 170.000 ton per tahun yang tidak berasal dari pembakaran (combustion) bahan bakar fosil, sesuai dengan prinsip Greenhouse Gas Emission (GGE).

“PKT sebagai pelaku industri petrokimia optimis untuk membuka peluang produksi soda ash di Indonesia demi mengurangi ketergantungan impor kedepannya. Selain itu, rencana ini juga sejalan dengan target perusahaan menuju net zero emission pada 2060, dengan pengolahan emisi dan ekses produksi dari pabrik dan menjadikannya sebagai komoditas baru bernilai tambah. Kami berharap inovasi ini dapat membantu PKT untuk semakin memimpin upaya transformasi industri petrokimia menjadi industri yang lebih hijau,” tutup Rahmad. (RO/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik