Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PERUSAHAAN teknologi PT Gojek Tokopedia GoTo Tbk (GOTO) sejak IPO terus mengalami penurunan harga saham yang signifikan. Walhasil, saat investor berinvestasi saat IPO, terus mengalami kerugian.
Sebagai salah satu pemegang saham, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, pihaknya masih optimistis menanamkan investasi jangka panjang Mandiri Capital Indonesia di GoTo.
Siddik mengatakan Mandiri Capital Indonesia (MCI) merupakan anak perusahaan dari Bank Mandiri. MCI sebagai perusahaan venture capital ingin berinvestasi di berbagai macam perusahaan rintisan atau startups yang berhubungan dengan bisnis perbankan, dan sistem pembayaran.
Baca juga : Pascakolaborasi dengan TikTok, GOTO Punya Prospek Cerah
MCI juga berinvestasi dalam jumlah yang tidak besar di berbagai macam perusahaan teknologi finansial juga karena ingin mempelajari model bisnisnya.
"GoTo itu bisnisnya apa saja, kemudian Amarta bisnisnya seperti apa, lalu KoinWorks itu seperti apa, Privy.id seperti apa," kata Siddik dalam diskusi bersama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Kamis (6/4).
Kemudian Bank Mandiri Group akan mengevaluasi mengenai tidak hanya investasi MCI untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk valuasi yang lebih tinggi kalau investasi tersebut performanya baik, akan tetapi juga menilai potensi sinergi dari perusahaan yang diinvestasikan oleh MCI dengan Bank Mandiri Group.
Baca juga : Para Founder GoTo Bersiap Lepas Sahamnya
"Apa saja bisnis potensial yang kami bisa lakukan bekerja sama dengan para investee tersebut, yang akan lebih sulit kami lakukan apabila kami tidak berinvestasi di sana," kata Siddik.
Langkah berinvestasi di GoTo, karena menurut hemat Bank Mandiri, GoTo merupakan suatu franchise yang luar biasa bernilai, dan merupakan kombinasi dari dua perusahaan giant sektor teknologi di Indonesia yaitu Tokopedia dan Gojek.
"Menurut saya sudah terbukti model bisnis kekuatan dari GoTo secara keseluruhan. Akan tetapi seperti semua perusahaan teknologi, akan ada waktu dimana investasi harus dilakukan, kemudian bagaimana memonetisasi dari bisnisnya di kemudian hari," kata Siddik.
Baca juga : GOTO Rugi 80 Triliun Usai Lepas Tokopedia, Ekonom: Tidak Berhubungan dengan Kinerja Operasional GOTO
Perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Amazon, Google dan lain-lain pun juga butuh waktu, menjadi menguntungkan.
"Analisa kami, dari justifikasi kuat, menjadi alasan kami ingin investasi ke perusahaan seperti GoTo dan investasi di GoTo itu menurut kami harus dilihat secara jangka menengah dan tidak bisa dilihat dalam jangka pendek. Kami juga terus memonitor bagaimana manajemen dari GoTo tersebut melakukan transformasi perubahan untuk mempercepat perusahaan menuai keuntungan," kata Siddik.
Sehingga menurutnya, investasi di GoTo harus dilihat untuk jangka panjang, karena potensinya masih luar biasa. Investasi di GoTo akan MCI pertahankan karena ke depannya dalam opini mereka, investasi di GoTo akan terbayarkan untuk jangka panjang.
Baca juga : Harga Saham GOTO Terus Melorot
"Itu opini kami sebagai salah satu pemegang saham di GoTo," kata Siddik. (Z-4)
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dan PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) resmi bekerja sama melalui kemitraan strategis Dana Ventura BTN Fund.
MCI telah mengambil inisiatif untuk membawa fasilitas setor sampah daur ulang (waste station) ini ke kawasan pusat bisnis nomor satu di Jakarta, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (SCBD).
Nantinya, setelah mendaftar, para peserta program Zenith akan melewati beberapa tahapan seleksi online dan offline. Kemudian, sebanyak 6 startup akan terpilih menjelang akhir Oktober
PT BNI Sekuritas mengumumkan pencetakan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai Perusahaan Sekuritas yang Melakukan Perdagangan Langsung Saham dengan Nasabah Terbanyak.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat sejarah dengan menembus level psikologis 8.000 pada perdagangan Jumat (15/8).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 14 Agustus 2025, dibuka menguat 29,63 poin atau 0,38% ke posisi 7.922,54.
Tren positif indeks harga saham gabungan (IHSG) berlanjut dengan melonjak 2,4% ke level 7.792 pada penutupan perdagangan Selasa (12/8).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Rabu 13 Agustus 2025, dibuka menguat 54,39 poin atau 0,70% ke posisi 7.846,09.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 11 Agustus 2025, dibuka menguat 62,16 poin atau 0,83% ke posisi 7.595,55.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved