Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
WALAUPUN wacana seputar investasi semakin gencar beredar dan bisa dengan mudah diakses di sejumlah platform, tapi tetap saja ada masyarakat yang skeptis terhadapnya.
Alasannya beragam, mulai dari kurangnya pemahaman seputar cara kerjanya, keamanan, cara meminimalkan risiko, dan lain sebagainya. Hal ini berlaku pula pada instrumen investasi reksa dana.
Padahal, dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, reksa dana terbilang memiliki cara kerja yang lebih simpel dan ideal dipilih oleh investor pemula.
Penyebabnya tidak lain karena investor reksa dana hanya perlu menanam modal dan pengelolaannya dilakukan oleh manajer investasi yang telah berpengalaman di dunia investasi.
Hanya saja, karena sudah terlanjur salah memahaminya, tidak sedikit orang yang masih enggan untuk berinvestasi di instrumen reksa dana dan melewatkan kesempatan untuk melipatgandakan kekayaannya.
Baca juga: Aplikasi Investasi Bibit.Id Kenalkan Fitur Bisnis untuk Perusahaan dan Pengusaha
Nah, agar hal tersebut tak sampai terjadi pada Anda, simak 5 kesalahan persepsi seputar investasi reksa dana yang sudah sepatutnya dilupakan berikut ini.
1. Hanya Bisa Dilakukan dengan Modal Besar
Stigma investasi hanya bisa dilakukan oleh orang kaya dengan nilai aset besar ternyata masih tertancap di benak sejumlah kalangan masyarakat.
Anggapan kalau investasi hanya bisa dilakukan dengan modal besar sebenarnya hanyalah angin lalu yang sudah tidak berlaku lagi di zaman sekarang. Pasalnya, melalui reksa dana, siapa saja bisa mulai berinvestasi dengan modal yang sangat kecil.
Percaya atau tidak, Anda dapat menanam modal di produk reksa dana dengan modal mulai dari 10 ribuan saja. Jadi, buang jauh-jauh anggapan jika investasi merupakan aktivitas yang hanya bisa dilakukan oleh orang kaya karena saat ini siapa pun bisa turut menanam modal dan mengembangkan kekayaannya dengan modal receh melalui reksa dana.
2. Tingkat Risikonya Terlalu Tinggi
Setiap instrumen investasi memang memiliki tingkat risiko yang perlu diantisipasi oleh para investor. Tingkat risiko tersebut pun berkaitan erat dengan peluang imbal hasil atau tingginya potensi keuntungan yang bisa didapatkan oleh investor. Semakin tinggi tingkat risiko yang ditanggung oleh investor, potensi imbal hasil yang bisa didapatkan oleh investor juga akan menjadi lebih menjanjikan.
Mengetahui hal tersebut, artinya risiko investasi sebenarnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tujuan investasi, dan keinginan investor, serta berlaku pula pada reksa dana. Jika ingin berinvestasi dengan tingkat risiko yang rendah, ada banyak jenis produk reksa dana yang bisa dipilih, seperti reksa dana pasar uang.
Sebaliknya, jika menginginkan peluang imbal hasil tinggi dengan tingkat risiko yang sama besarnya, Anda bisa memilih produk reksa dana saham atau campuran. Yang terpenting, sesuaikan pemilihan produk reksa dana dan tingkat risikonya dengan tujuan investasi agar mampu mendapatkan peluang imbal hasil yang lebih optimal.
3. Cara Kerja dan Prosedur Investasi yang Ribet
Saat ini, ada banyak sekali platform layanan investasi reksa dana yang bisa dengan mudah diakses oleh masyarakat. Hanya memerlukan perangkat smartphone dan jaringan internet, siapa saja bisa dengan mudah berinvestasi dan mulai menanam modal.
Tidak hanya itu, proses pendaftarannya pun terbilang praktis. Calon nasabah hanya perlu menyiapkan dana sebagai modal investasi dan juga KTP. Setelah mengisi formulir pendaftaran dan mengikuti segala prosedur pendaftaran akun investasi pada platform investasi online, Rekening Dana Nasabah dapat langsung diajukan dan digunakan untuk investasi.
4. Sulitnya Memantau Pergerakan Portofolio Investasi
Karena adanya platform investasi online yang bisa diakses di smartphone, memantau pergerakan portofolio investasi pun jauh lebih praktis dan mudah dilakukan. Asalkan memiliki jaringan internet, memantau pergerakan portofolio investasi via aplikasi tersebut bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun diinginkan.
5. Pencairan Dana Membutuhkan Proses yang Rumit
Kesalahan persepsi yang terakhir seputar investasi reksa dana adalah pencairan dananya sulit untuk dilakukan dan memerlukan proses yang rumit. Tentu saja anggapan ini tidak benar dan tak seharusnya dipercaya.
Melalui aplikasi investasi online, investor bisa dengan mudah melikuidasi modal investasinya hanya dalam beberapa langkah saja.
Walaupun begitu, dibutuhkan waktu beberapa hari kerja agar dana bisa sampai ke rekening bank nasabah. Hal ini dikarenakan dana tersebut perlu diverifikasi dan diproses oleh bank kustodian dari rekening investasi ke rekening perbankan.
Biasanya, waktu yang dibutuhkan untuk mencairkan dana investasi reksa dana hanyalah 3 hari sampai 7 hari kerja.
Jangan Biarkan Kabar Bohong Seputar Investasi Reksa Dana Menjauhkan Anda dari Manfaatnya
Itulah 5 kesalahan persepsi yang kerap dipahami oleh masyarakat awam seputar investasi reksa dana. Pada dasarnya, asal memilih layanan yang legal dan terpercaya, investasi reksa dana dijamin aman dan bisa dilakukan oleh siapa pun.
Karenanya, jangan biarkan kabar bohong seputar layanan ini menjauhkan Anda dari manfaat dan peluang keuntungan investasi reksa dana. (RO/OL-09)
Tokenize Indonesia, sebuah inisiatif akselerator yang diinisiasi BRI Ventures, Saison Capital, dan Coinvestasi, secara resmi menggelar rangkaian workshop.
PT Allianz Global Investors Asset Management Indonesia, sebuah perusahaan manajemen investasi, secara resmi mengumumkan kemitraan strategis dengan Standard Chartered Indonesia.
MAYORITAS investor pemula merasa kebingungan saat memulai saham apa yang dipilih, kapan membeli, bagaimana mengelola risiko, dan siapa yang bisa dipercaya untuk bertanya.
Tidak hanya pelaku usaha, kini banyak investor Indonesia dari kalangan muda hingga profesional mulai terjun ke berbagai instrumen investasi
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kinerja positif pada perdagangan saham selama sepekan pada periode 14–18 Juli 2025.
Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA) berhasil menarik Foreign Direct Investment (FDI) sebesar Rp13,8 triliun di 2024.
Investor reksa dana mencatatkan pertumbuhan hingga Mei 2025 menjadi 15,6 juta, naik hampir 30% daripada periode sama 2024 sebesar 12,1 juta investor,
Reksa dana indeks dan ETF mengalami pertumbuhan rata-rata total dana kelolaan mencapai 28,90% selama periode 2014–2024.
PT Insight Investments Management (IIM) mencatatkan prestasi dengan meraih 16 penghargaan dari dua ajang bergengsi.
Reksa Dana Trimegah Sepak Bola Merah Putih juga untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan sepak bola Indonesia
Tingkat literasi dan inklusi keuangan di bidang pasar modal yang hanya 4,11% dan 5,19% (berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved