PELUANG pasar kopi In-donesia untuk mendu-nia kini semakin terbuka luas. Pasalnya, produksi produk kopi di Indonesia diprediksi semakin tinggi sehingga ideal untuk memakmurkan petani hingga pelaku bisnisnya.
Direktur Eksekutif Project Management Office Kopi Nu-santara Deslaknyo Wisnu Hanjagi menyampaikan pelu-ang kopi Indonesia itu terbuka lebar sejak produksi kopi Brasil menurun drastis. Karena itu, Indonesia perlu mening-katkan produktivitas agar bisa jadi produsen mayoritas di dunia.
“Perlu entitas pemerintah, petani dan pelaku bisnis kopi untuk bersatu memajukan industri kopi di dalam negeri,” ungkap dia dalam talkshow Festival Kopi Nusantara di Kompleks Media Group Network, Jakarta, kemarin.
Festival Kopi Nusantara ialah salah satu rangkaian kegiatan perayaan HUT ke-53 Media Indonesia dan berlangsung hingga esok hari di Kompleks Media Group Network, Jakarta, kemarin.
Deslak, biasa ia disapa, menjelaskan ada tiga hal yang perlu dilakukan untuk mewu-judkan cita-cita itu. Pertama, membangun ekosistem kopi.
Sebetulnya, ekosistem dimaksud sudah ada sejak dulu. Namun, belum ada stakeholder yang menyatukan. Ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan jajarannya untuk menjadi lokomotif.
Kedua, mendorong produktivitas. Menurut dia, kuantitas produksi kopi di Tanah Air ma-sih jauh dari ideal. Belum ada teknologi yang diadopsi petani untuk meningkatkan jumlah produksi mereka.
“Kalau dari kualitas sudah lebih bagus karena kita me-miliki jenis kopi termahal di dunia, yaitu kopi luwak. Sayangnya, jumlah produk-sinya masih jauh dari cukup lantaran masih banyak petani yang menutup mata dengan kehadiran teknologi misalnya pupuk. Mereka juga belum menganggap bahwa kopi ialah mata pencarian mereka,” jelas dia.
Ketiga, mendorong adaptasi Petani kopi di Tanah Air harus diberikan edukasi mitigasi bencana akibat iklim yang mu-dah berubah. Karena itu, apa yang terjadi di Brasil, yakni lahan kopi yang membeku akibat cuaca ekstrem, tidak terjadi di Indonesia.
“Ini harus disiapkan. Salah satunya, bekerja sama dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) un-tuk membantu sosialisasi. Saya juga baru tahu bahwa peran media massa ternyata sangat masif,” imbuh dia.
Ikuti Tren
Founder Kopi Tanah Air Kita Mikhael Rudy menyampaikan dalam menyatukan ekosistem kopi memang luar biasa. Keter-telusuran (traceability) dalam ekosistem kopi bisa menjadi keberlangsungan bisnis kopi di masa depan. “Saat ini, e-commerce yang ada tuh sudah karut-marut. Ini tidak dapat sustainable,” kata dia.
Menurut dia, Asosiasi Kopi Indonesia (Aski) telah men-canangkan Kopi Krop Indonesia. Teknologi ini memung-kinkan untuk menanam kopi jenis Sidikalang yang seharus-nya ditanam pada ketinggian 1.500 meter bisa ditanam di Indonesia. “Petani di Indonesia harus seperti itu dapat mengikuti tren,” jelas dia.
Staf Ahli Aski Bagas Hapsoro menambahkan Indonesia menjadi salah satu negara yang diuntungkan dengan 18 indikasi geografis. Pasalnya, negara lain belum tentu me-miliki kondisi seperti itu. “Ini membuat varietas kopi Indonesia lebih unggul daripada negara lain,” tutup Bagas. (S-3)