Pelaksanaan Inital Public Offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE akan menjadi IPO jumbo pertama yang akan meluncur pada awal tahun ini.
Dengan melepas 10,35 miliar saham dengan harga penawaran dengan harga penawaran awal pada kisaran Rp820 hingga Rp945, PGE akan bisa meraup dana sebanyak-banyaknya Rp9,78 triliun.
"PGE adalah salah satu perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan global yang diukur dengan kapasitas terpasang, serta didukung oleh
basis cadangan dan sumber daya yang besar,"kata Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto dalam Public Expose, di Jakarta, Rabu (1/2).
Dia menyebutkan PGE akan melepas sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham atau 25 % dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, dan melaksanakan masa penawaran awal pada 1 Februari hingga 9 Februari 2023.
Dana yang diraup akan digunakan untuk kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) dan pembayaran sebagian fasilitas pinjaman.
Dia menjelaskan PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang tersebar di enam area dengan kapasitas terpasang 672 megawatt (MW) yang dioperasikan sendiri, serta sebanyak 1.205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama atau Joint Operation Contract (JOC).
Dia mengatakan kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 82 % dari total kapasitas terpasang
panas bumi di Indonesia, dengan potensi emission avoidance karbondioksida (CO2) sekitar 9,7 juta ton per tahun.
Selain itu, menurut dia, pemanfaatan yang dilakukan oleh PGE dari energi geothermal telah berhasil membuat 2,08 juta rumah di Indonesia teraliri listrik. Ia menyatakan, perseroan berambisi meningkatkan basis kapasitas terpasangnya dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027, yang sejalan dengan misi menjadi perusahaan energi ramah lingkungan terkemuka.
"PGE memiliki rekam jejak pengembangan panas bumi dan pembangkit listrik yang solid dan terbukti," kata ;Ahmad.
Anak perusahaan PT Pertamina (Persero) ini mencatat pendapatan mencapai US$287 juta atau tumbuh 3,9 % year on year hingga akhir kuartal III- 2022.
Sejalan kinerja tersebut, perseroan membukukan kenaikan laba bersih signifikan 67,8 % secara tahunan menjadi US$111 juta pada kuartal III- 2022, serta net profit margin (NPM) juga melesat menjadi 38,8 % per akhir kuartal III-2022, dari sebelumnya 24 % pada kuartal III- 2021.
Kinerja solid perseroan didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai offtaker tunggal.
"PGE memiliki hubungan yang baik dan luas dengan PLN dan secara historis mampu menegosiasikan ulang tarif kontraktual yang ada dengan
PLN," ujar Ahmad. (Ant/E-1)