Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia 6,6% di Atas Prapandemi

M. Ilham Ramadhan Avisena
24/11/2022 14:39
Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia 6,6% di Atas Prapandemi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati(ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra)

PEREKONOMIAN Indonesia disebut masih relatif lebih baik ketimbang negara-negara lain. Ini terlihat dari level perekonomian yang 6,6% di atas level sebelum pandemi covid-19 pada 2019.

"Ekonomi Indonesia sudah 6,6% di atas prepandemic level di 2019. Ini termasuk pemulihan yang relatif kuat dan cepat dibandingkan banyak negara yang lain, bahkan beberapa masih belum pulih," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN, Kamis (24/11).

Kinerja perekonomian itu terjadi karena pemulihan yang konsisten dan cenderung menguat sejak triwulan IV 2021. Pada saat itu, ekonomi nasional tercatat tumbuh 5,02% (year on year/yoy).

Konsistensi pertumbuhan berlanjut di triwulan I 2022 dengan capaian pertumbuhan sebesar 5,01% (yoy). Lalu pada triwulan II perekonomian Indonesia tumbuh di angka 5,44% (yoy), dan kembali naik di triwulan III 2022 menjadi 5,72% (yoy).

Pertumbuhan di atas 5% dalam empat triwulan terakhir itu dinilai lebih baik dari kondisi negara-negara lain. Inggris, salah satu negara dengan ekonomi besar sejauh ini justru masih belum mampu mengembalikan posisi perekonomiannya ke level prapandemi.

"Inggris ini termasuk yang paling lambat, sampai hari ini mereka belum sampai ke prepandemic level. Negara emerging biasanya tumbuh lebih cepat. Tapi Thailand dan Jepang masih di bawah prepandemic level," jelas Sri Mulyani.

Baca juga: PUPR Pastikan Kelanjutan Proyek Infrastuktur

Dia menambahkan, kendati perekonomian Indonesia relatif baik, bukan berarti perjalanan ke depan tanpa hambatan. Sebab, gejolak perekonomian dunia diperkirakan juga akan berimbas ke dalam negeri.

Peningkatan inflasi, tingginya suku bunga acuan dari bank sentral sejumlah negara bakal mempengaruhi perlambatan ekonomi dunia. Ini kemudian dinilai akan berdampak pada Indonesia, utamanya di sektor industri dan perdagangan yang erat kaitannya dengan kondisi global.

Bahkan dampak itu mulai terlihat dari posisi Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir, level PMI manufaktur Tanah Air terpantau menurun meski masih berada di zona ekspansif.

Pada Oktober, misalnya, PMI manufaktur Indonesia ada di level 51,8, turun dari bulan sebelumnya yang ada di level 53,7. "PMI selama 14 bulan selalu di level ekspansif. Namun pada bulan terakhir ada penurunan, ini perlu diwaspadai karena menyangkut kegiatan manufaktur yang sangat penting," pungkas Sri Mulyani. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya