Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi Triwulan IV Melambat

M Ilham Ramadhan Avisena
09/11/2022 22:50
Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi Triwulan IV Melambat
Menkeu Sri Mulyani(Antara)

PEMERINTAH memproyeksikan ekonomi di triwulan IV 2022 akan melambat bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini disebabkan oleh siklus perekonomian yang pada akhir tahun pertumbuhan melambat serta tingginya hitungan perbandingan secara tahunan dengan triwulan IV 2021.

Kendati melambat, pemerintah tetap optimis perekonomian bakal tumbuh di kisaran 5% hingga 5,3% sepanjang 2022 ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, optimisme itu didasari pada sejumlah indikator perekonomian yang terus menunjukkan perbaikan.

"Jadi kalau pemerintah optimis, itu karena memang ada landasan objektifnya, yakni berbagai indikator ekonomi makro yang terus menguat," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (9/11).

Selain indikator perekonomian yang menguat, optimisme pemerintah turut terbangun karena implementasi berbagai kebijakan yang dinilai efektif untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Lalu pengelolaan APBN yang diakui pruden, responsif, dan efektif sebagai instrumen countercyclical sekaligus sebagai peredam gejolak.

"Sehingga keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional dapat terus dijaga. Intervensi kebijakan pemerintah dilakukan baik dari sisi supply melalui berbagai insentif fiskal dan dukungan pembiayaan, bersinergi dengan otoritas moneter dan sektor keuangan, maupun dari sisi demand untuk mendukung daya beli masyarakat baik dalam bentuk berbagai program bansos, subsidi maupun pengendalian inflasi," kata Sri Mulyani.

Namun, di tengah optimisme pemulihan yang terus berjalan, meningkatnya risiko ketidakpastian serta melemahnya prospek pertumbuhan global akibat konflik geopolitik perlu terus diantisipasi.

Sebab, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur global sudah mulai berada pada zona kontraksi dalam 2 bulan terakhir. Tekanan inflasi global yang berkepanjangan, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, akan memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif yang berpotensi menimbulkan guncangan di pasar keuangan, khususnya di negara berkembang.

"Aliran modal ke luar meningkat dan menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar lokal sebagaimana kita saksikan belakangan ini," pungkasnya. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik