Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
KINERHA ekspor Indonesia pada September 2022 mengalami penurunan sebesar 10,99% menjadi US$24,80 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$27,86 miliar. Kondisi itu terjadi karena adanya penurunan permintaan maupun harga sejumlah komoditas di level global.
"Nilai ekspor September 2022 mencapai US$24,80 miliar, turun 10,99% dibandingkan bulan sebelumnya," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto dalam konferensi pers, Senin (17/10).
Dia mengungkapkan, penurunan kinerja terjadi pada ekspor migas dan nonmigas nasional. Dari sektor migas, misalnya, terjadi penurunan sebesar 21,41% dari US$1,69 miliar di Agustus 2022 menjadi US$1,33 miliar pada September.
Turunnya kinerja ekspor migas itu utamanya disebabkan oleh penurunan nilai ekspor gas sebesar 22,06% dan penurunan volume hingga 12,26%. Selain itu, penurunan nilai ekspor juga terjadi pada komoditas hasil minyak hingga 50,42% dan volume yang turun sebesar 21,40% dibanding bulan sebelumnya.
Sedangkan dari sektor non migas, tercatat penurunan sebesar 31% menjadi US$23,48 miliar, dari realisasi bulan sebelumnya yang mencapai US$26,18 miliar. Setianto menyampaikan, turunnya kinerja ekspor non migas ini didorong oleh penurunan ekspor komoditas lemak, minyak hewan sebesar 31,91%; pakaian dan aksesorisnya turun 30,75%; dan besi dan baja yang turun 5,87%.
Penurunan kinerja ekspor secara bulanan terjadi di hampir seluruh sektor. Data BPS menunjukkan, kinerja ekspor pertanian, kehutanan, dan kelautan mengalami penurunan 8,65% dan industri pengolahan turun 14,24%. Hanya sektor tambang dan lainnya yang mencatatkan pertumbuhan ekspor sebesar 2,61%.
"Pertambangan naik 2,61% secara bulanan, ini utamanya didorong oleh komoditas bijih tembaga, lignit, bijih logam lainnya, nobium, tantalum, serta bijih besi," jelas Setianto.
Adapun kinerja ekspor secara tahunan tercatat masih mengalami pertumbuhan positif. Bila dibandingkan dengan September 2021, kinerja ekspor September tahun ini tumbuh 20,28% dari US$20,26 miliar.
Sedangkan secara kumulatif dalam periode Januari-September 2022, kinerja ekspor Indonesia tercatat mencapai US$219,35 miliar. Nilai itu jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode sama di 2021 yang tercatat US$164,32 miliar, atau tumbuh 33,49%. (OL-8)
Transformasi digital menjadi kunci untuk memperkuat fondasi ekonomi daerah dan membawa Priangan Timur semakin maju serta berdaya saing.
Data ekonomi yang disampaikan pemerintah tidak boleh bertentangan dengan realita di lapangan.
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai target pertumbuhan ekonomi 5,4% dalamĀ Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% pada RAPBN 2026 akan sangat berat dicapai jika tak diiringi dorongan besar.
Terbukti memberikan resiliensi perekonomian nasional, stimulus akan dilanjutkan pemerintah di semester II 2025.
APINDO dorong penguatan UMKM melalui program AUM, DSC, dan kerja sama pentahelix untuk meningkatkan daya saing usaha lokal di tengah tantangan global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved