Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Tiga Esensi Utama dalam Konsep Keseimbangan Ekonomi

Despian Nurhidayat
05/10/2022 20:54
Tiga Esensi Utama dalam Konsep Keseimbangan Ekonomi
Warga memilih produk unggulan yang dipamerkan di Festival Ekonomi Syariah Jawa 2022 di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (8/9).(Antara/Didik Suhartono.)

PRINSIP dasar ekonomi syariah yaitu menjunjung tinggi keadilan, keseimbangan, dan kelestarian lingkungan. Hal ini menjadi semakin relevan dalam memitigasi ketimpangan sosial ekonomi pascapandemi di tengah ketidakseimbangan yang ditimbulkan dari aktivitas perekonomian.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan terdapat tiga esensi utama dalam memaknai kembali konsep keseimbangan ekonomi. Pertama, penajaman indikator pengukuran kemajuan ekonomi dengan mempertimbangkan indikator kelestarian lingkungan selain indikator ekonomi konvensional seperti produk domestik bruto (PDB). "Kedua, inklusivitas guna menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan distribusi ekonomi ke masyarakat secara merata. Dan ketiga, inovasi serta efisiensi antara lain melalui pemanfaatan digitalisasi secara luas," ungkapnya dalam pembukaan International Islamic Monetary Economics and Finance Conference & Call for Papers (IIMEFC) ke-8 yang mengangkat tema Accelerating Inclusive and Sustainable Recovery with Sharia Economy: Issues, Challenges, and Prospects, Rabu (5/10).

Penyelenggaraan konferensi internasional dan call for papers itu diharapkan dapat memberikan masukan baik dalam konteks penyusunan kebijakan maupun dalam tataran akademis, khususnya dari perspektif ekonomi dan keuangan Islam. Kegiatan ini juga menjadi salah satu rangkaian pada puncak acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2022. 

Perry menyampaikan langkah strategis guna mencapai ekonomi inklusif dan berkelanjutan, di antaranya memaksimalkan kekuatan kebersamaan, the power of we, the power of jama'ah, serta menciptakan dan mendesain proyek ekonomi yang digital, inklusif, dan hijau yang dapat dimulai dari pesantren sebagai salah satu potensi ekonomi umat yang besar. Selanjutnya yaitu mendesain dan mengembangkan struktur keuangan berbentuk blended finance yang merupakan kombinasi commercial dan social finance serta memanfaatkan dan mengakselerasi digitalisasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Pada penyelenggaraan IIMEFC tahun ini, tiga prominent scholars memberikan pemaparan terkait dengan isu ekonomi hijau, inklusi perekonomian, dan prinsip-prinsip syariah. Prof. Christopher Gan dari Lincoln University New Zealand berbicara tentang beragam isu dan tantangan ekonomi hijau khususnya pada negara muslim. Nilai moral dan prinsip syariah yang mendorong penjagaan kelestarian alam tentu sejalan dengan kampanye ekonomi hijau dan pembangunan yang berkelanjutan. 

Prof. Iwan Jaya Azis dari Cornell University AS memaparkan tentang peluang dan tantangan percepatan pemulihan inklusif melalui ekonomi syariah berdasarkan beberapa aspek, seperti aspek konsep ekonomi, sumber daya manusia, dan budaya. Dr. Ziyaad Mahomed dari INCEIF Malaysia menjelaskan perspektif prinsip-prinsip syariah dan kaitannya dengan aplikasi ekonomi dan keuangan syariah yang dikembangkan saat ini.

Konferensi tahun ini menghimpun 200 karya tulis ilmiah dari 21 negara sebagai bagian penguatan konsep pengembangan ekonomi syariah yang inklusif. Melalui proses seleksi yang ketat, konferensi melibatkan komite ilmiah dari Bank Indonesia dan mitra institusi, baik di dalam maupun luar negeri, terpilih 48 karya tulis terbaik yang dipresentasikan. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya