Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
PT Pertamina (Persero) menyatakan mampu meningkatkan produksi minyak dan gas (migas). Hingga semester I 2022 atau Juni, produksi migas capai 965 ribu barel setara minyak per hari (mboepd).
Angka tersebut naik dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 850 mboepd. Menurut Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, pencapaian tersebut diraih berkat beberapa upaya optimal yang dilakukan Subholding Upstream.
Baca juga: Catat, Ini 26 Kereta Api dari Jakarta yang Dapat Promo Tiket
Salah satu yang penopangnya ialah kinerja Pertamina Hulu Rokan (PHR) dalam melaksanakan alih kelola Blok Rokan, Riau, dalam satu tahun terakhir ini.
"PHR mampu melewati proses transisi yang meliputi penyesuaian proses bisnis, budaya kerja dan lainnya sehingga operasional Blok Rokan berjalan lancar," kata Nicke dalam keterangan resminya, Senin (8/8).
Dalam satu tahun alih kelola, PHR tercatat berhasil melakukan 370 pengeboran atau lebih dari tiga kali lipat dari sebelumnya, yaitu 105 pengeboran sumur.
Hal tersebut dilakukan dengan eksekusi 15 ribu kegiatan Work Over (WO) dan Well Intervention Well Services (WIWS) yang menyerap 60% Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk menggerakkan perekonomian nasional.
"Masifnya pengeboran tersebut, otomatis meningkatkan jumlah rig pengeboran aktif menjadi lebih dua kali lipat dari yang awalnya 9 menjadi 21 rig dan terus meningkat menjadi 27 rig hingga triwulan akhir 2022," harap Nicke.
Demikian juga dengan penggunaan rig workover/well service (WOWS). Di awal alih kelola memanfaatkan 25 rig WOWS, saat ini menjadi 32 rig WOWS.
"Jumlah tersebut diharapkan Pertamina terus meningkat hingga 52 rig WOWS di triwulan 4 pada tahun ini," ucap Nicke.
Ia menjelaskan, pengeboran yang masif dan agresif tersebut menghasilkan peningkatan produksi migas dari rata-rata 158,7 ribu barel per hari atau mbopd sebelum alih kelola menjadi 161 mbopd saat ini. Volume cadangan pun meningkat dari 320,1 juta barel setara minyak (MMBOE) pada awal transisi menjadi 370,2 MMBOE setelah satu tahun alih kelola.
"Meskipun kenaikan harga minyak global menyebabkan impact positif untuk Pertamina di bisnis hulu, di sisi lain kondisi ini memberikan tekanan di bisnis penyediaan BBM," ungkap Nicke.
Ia menerangkan, tekanan di bisnis penyediaan BBM dipengaruhi banyak faktor, di antaranya faktor geopolitik luar negeri yang semakin berkembang dan permintaan produk BBM dalam negeri yang terus meningkat. Padahal, diakui Nicke, kilang existing Pertamina belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
"Untuk itu, kami berupaya mempertahankan intake sesuai rencana optimasi hilir, meningkatkan keandalan melalui program preventif, serta pengembangan dan pembangunan kilang," tutupnya. (OL-6)
PEMERINTAH Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, menuntut hak atas Dana Bagi Hasil (DBH) Migas dari aktivitas eksplorasi dan produksi gas bumi berskala jumbo di Selat Makassar.
PHE ONWJ mengirim topside Anjungan OOA, berbobot 530 metrik ton, dari lokasi fabrikasi Proyek Pengembangan Lapangan OO-OX, Kepulauan Riau.
Pertamina EP Cepu (PEPC) mencatatkan kinerja positif sepanjang 2024. Itu tercermin dari total laba bersih yang mencapai US$817,6 juta atau setara Rp13,4 triliun di 2024.
PEMERINTAH menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada data resmi yang menyatakan keberadaan potensi migas di 4 pulau yang baru-baru ini ditetapkan masuk wilayah administratif Aceh.
GUBERNUR Aceh, Muzakir Manaf, memastikan bahwa empat pulau yang sebelumnya menjadi sengketa dengan Provinsi Sumatra Utara ternyata mengandung potensi minyak dan gas (migas)
EMPAT pulau yang sebelumnya berada dalam wilayah Provinsi Aceh dan kini masuk Provinsi Sumatera Utara (Sumut), disebut mempunyai kandungan minyak dan gas (migas)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved