Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
AKHIR-akhir ini, ramai pemberitaan yang membahas mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di beberapa perusahaan ristisan atau startup. Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali menilai bahwa fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi dalam bisnis.
Menurutnya, PHK yang dilakukan oleh beberapa startup saat ini merupakan kondisi yang sama seperti halnya Garuda Indonesia dan Giant yang juga melakukan hal serupa karena menghadapi kondisi yang tidak sedang baik-baik saja.
"PHK yang terjadi itu bukan hanya untuk startup, tapi untuk semua kategori bisnis. Sebelumnya kan ada Giant dan Garuda Indonesia yang mengalami hal serupa. Ini masih dalam satu rangkaian dan penyebab terjadinya hal ini kan sama, karena kondisi di dunia sedang sulit," ungkapnya kepada Media Indonesia, Minggu (5/6).
Lebih lanjut, Rhenald menjelaskan jika membahas secara khusus mengenai startup, kesulitan yang dihadapi oleh mereka saat ini disebabkan oleh para investor yang tidak bisa lagi memberikan pendanaan.
"Investor itu sekarang sedang mencari untung dan mereka akan mencari bidang usaha yang menarik dan bisa memberikan keuntungan," kata Rhenald.
Selain itu, dia juga beranggapan bahwa hanya startup yang tidak siap saja yang akan mengalami keguguran menghadapi kondisi seperti ini.
"Misalnya Netflix, karena perang Rusia dan Ukraina, Amerika melarang bisnis dengan Rusia. Maka langganan Netflix hilang 200 juta pelanggan dari Rusia. Mereka pasti merugi dan melakukan pengurangan karyawan di Rusia karena hal ini. Tapi ini bukan berarti Netflix akan bankrut dan menutup usahanya, mereka hanya menunggu kondisi membaik untuk kembali melakukan aktivitas bisnis di sana. Hanya startup yang tidak siap saja yg akan berguguran menghadapi kondisi saat ini," lanjutnya.
Rhenald mencontohkan salah satu startup yang berpotensi kesulitan menghadapi kondisi saat ini ialah Fabelio, di mana menurutnya kehadiran startup bidang furnitur ini tidak direspon baik oleh pasar.
"Fabelio itu startup yang jual furnitur. Ini buat apa. Jadi banyak yang terganggu dengan bisnis ini. Pasar enggak merespon ini karena enggak mau beli furnitur secara online," ucap Rhenald.
Meskipun demikian, Rhenald meyakini bahwa fenomena PHK dari beberapa startup ini tidak menandakan bahwa era startup akan berakhir. Bahkan, dia menegaskan bahwa startup akan terus tumbuh dan menghadirkan inovasi dan teknologi yang lebih canggih ke depannya.
"Dalam situasi sulit, akan selalu muncul inovasi. Saya merasa startup akan terus tumbuh. Jadi enggak mungkin startup menghilang. Hal seperti ini biasa dalam bisnis, jadi sekarang semua sedang sulit," tegasnya.
"Semuanya sedang konsolidasi sekarang dan pengurangan jumlah pegawai itu merupakan efisiensi untuk kondisi saat ini. Saya yakin mereka akan merekrut lagi kalau keadaan sudah membaik," pungkas Rhenald. (OL-15)
Founding partner Intudo Ventures, Patrick Yip menjelaskan tahun lalu memang penuh tantangan, karena merupakan periode koreksi bagi industri.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) melalui anak usahanya, BNI Venture, memperkenalkan 10 startup peserta pitching demo day dari program akselerator Axel Arc di acara Tech in Asia Conference 2024.
Pendanaan katalis berperan penting dalam membantu perusahaan rintisan yang berada pada tahap awal dalam berinovasi.
Dalam dunia e-commerce yang semakin kompetitif, keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh produk yang ditawarkan, tetapi juga oleh kualitas tim yang mengelolanya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan perekonomian digital Indonesia terus berkembang dan akan berkontribusi besar bagi perekonomian dalam negeri.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) melalui anak perusahaan di industri modal ventura, BNI Ventures, meluncurkan program inovatif perdana BNV Arcade.
Kebijakan sepihak tersebut menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Apalagi, para pekerja yang diberhentikan tidak diberikan penjelasan atau alasan yang logis oleh pihak perusahaan.
Microsoft melakukan PHK sekitar 9.000 karyawan, sekitar 4% dari total tenaga kerja globalnya.
Pengamat ekonomi Nailul Huda menyatakan pekerja atau buruh yang menerima program Bantuan Subsidi Upah (BSU) dari pemerintah tetap akan menahan konsumsi.
TAHUN 2025 menjadi saksi meningkatnya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara global, termasuk di Indonesia. 42% perusahaan mengurangi jumlah pegawai.
Jika sebelumnya bahasa Inggris menjadi standar, kini bahasa Mandarin mulai mencuat sebagai keahlian baru yang dibutuhkan dalam dunia profesional modern.
KEMENTERIAN Komunikasi dan Digital (Komdigi) menaruh perhatian terhadap fenomena PHK yang melanda pekerja media.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved