KETUA Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin membeberkan, para pengrajin tempe tahu bakal mogok kerja produksi selama tiga hari mulai, Senin (21/2).
Hal ini karena harga kedelai dilaporkan yang terus naik. Dalam tuntutan mogok kerja tersebut, para pengrajin meminta pemerintah untuk menaikkan harga produk pangan tersebut. Hal ini untuk menghindari kerugian.
"Untuk menaikkan harga tempe tahu itu kami kesulitan. Kami butuh bantuan pemerintah mengumumkan ke masyarakat kalau harga tempe dan tahu perlu naik," ujar Aip saat dihubungi wartawan, Kamis (17/2).
Kesulitan yang dihadapi soal usulan kenaikan harga produk itu ialah karena para pengrajin tempe tahu telah lama bekerjasama dengan pedagang di pasar tradisional, sehingga tidak bisa langsung mematok harga naik.
"Karena pengrajin pembuat tempe tahu di pasar tradisional sudah puluhan tahun berdagang dan kerja sama akan dimarahi kalau tiba-tiba harganya naik. Kami pun bukan pengusaha besar jadi perlu bantuan pemerintah," jelas Aip.
Baca juga : NasDem Minta Kemendag Antisipasi Kenaikan Harga Kedelai
Adapun usulan kenaikan tempe tahu di kisaran Rp500-1.000 per balok atau sekitar 500 gram. Hal ini dirasa tidak memberatkan para konsumennya.
Untuk harga kedelai yang dicatat Gakoptindo mengalami lonjakan. Per Desember 2021, harga di kisaran Rp8.500-9.000 per kilogram. Lalu, merangkak dari Januari dan Februari di kisaran Rp11.500 per kg.
"Tuntutan kami lainnya, kalau boleh harga kedelai stabil, jangan naik tiap dua hari sekali. Memang mengikuti harga dunia, tapi paling tidak stabil dalam sebulan," tegas Aip.
Berikutnya, tuntutan yang diminta pengrajin tempe tahu ialah stok kedelai lokal perlu ditingkatkan, ketimbang menyuplai dari impor.
Adapun aksi mogok kerja produksi tempe tahu dilakukan serempak di berbagai wilayah Indonesia, utamanya di Pulau Jawa. Mulai dari Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur. (OL-7)