Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Harga Baru Bara Masih Menguat di Pasar Internasional

Fetry Wuryasti
02/2/2022 11:41
Harga Baru Bara Masih Menguat di Pasar Internasional
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022).(ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

HARGA batu bara kembali menguat di atas US $200 per metrik ton seiring dengan masih kuatnya permintaan dan munculnya kebijakan dari larangan ekspor.

Sebagai salah satu negara penghasil batu bara terbesar, larangan ekspor yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia tentu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap supply batu bara saat ini.

Indonesia merupakan negara pengekspor batu bara termal terbesar di dunia. Umumnya jenis ini digunakan sebagai bahan bakar bagi pembangkit.

Baca juga : Perkuat Kerja Sama Perdagangan Internasional, Bea Cukai Berlakukan Tarif Preferensi PTA D-8

Larangan ekspor komoditas akhirnya berdampak pada harga bara. Bursa ICE Newcastle mencatat harga batu bara kontrak Februari masih dihargai pada level US $226,25 per metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (28/1), turun 1,50 poin dari perdagangan hari sebelumnya.

Sementara untuk kontrak Maret, bursa memperdagangkan batu bara pada level US $203,50 per metrik ton, turun 1,25 basis poin dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Selain itu, batu bara untuk kontrak April masih cukup panas yakni US$185,55 per metrik ton. Saat ini kenaikan mendekati US$230 per metrik ton capaian tersebut merupakan yang tertinggi sejak akhir Oktober 2021.

Baca juga : Kenaikan Harga Batu Bara, Momentum Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

"Kami melihat kenaikan ini masih sebagai dampak dari larangan ekspor di Indonesia. Penangguhan izin ekspor ini dilakukan setelah stok batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan Independent Power Producer menipis pada Desember 2021," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Rabu (2/2).

Meski demikian, pelonggaran ekspor yang diberikan pemerintah kepada 171 perusahaan sejak 20 Januari juga tidak membantu meringankan permintaan pasar. Di sisi lain, permintaan batu bara di Eropa membesar akibat melonjaknya harga gas alam di kawasan itu.

Kondisi tersebut mendorong pembangkit listrik untuk menggunakan lebih banyak batu bara untuk menghasilkan energi. Dalam situasi ini, ketegangan antara Rusia dan NATO atas Ukraina juga meningkatkan kekhawatiran akan penurunan lebih lanjut dalam pasokan gas.

"Sehingga apabila pemerintah masih membatasi kebijakan ekspor tentu ini dapat mempengaruhi harga batu bara dunia melanjutkan penguatannya dimana pasokan dan permintaan saat ini masih belum menemukan titik equilibrium," tutup Nico. (Try/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya