Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pemerintah Ungkap Penyebab Turunnya Proyeksi Ekonomi Global 2022

Despian Nurhidayat
12/1/2022 16:32
Pemerintah Ungkap Penyebab Turunnya Proyeksi Ekonomi Global 2022
Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir (kiri).(Antara)

DEPUTI Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 sudah sesuai dengan perkiraan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun berbagai lembaga internasional.

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor base di mana level PDB (Produk Domestik Bruto) global sudah tinggi pada 2021 sehingga pertumbuhan 2022 dan 2023 juga menjadi rendah.

Baca juga: Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2021

"Faktor kedua, risiko kenaikan suku bunga global karena tapering off The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat). Ketiga, ada kemungkinan masih terjadinya kenaikan harga komoditas dan inflasi dunia pada 2022 dan risiko covid-19 khususnya muncul varian baru," ungkap Iskandar kepada Media Indonesia, Rabu (12/1).

Menurut dia, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 ini juga tentu akan berdampak pada Indonesia.

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti menuturkan, prospek perekonomian Indonesia pada 2022 akan lebih baik jika melakukan beberapa hal di antaranya ialah masyarakat yang sudah mulai percaya diri untuk keluar rumah meski pandemi.

"Ini berarti mobilitas masyarakat juga meningkat dan konsumsi masyarakat akan meningkat. Pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena sekitar 56% pertumbuhan ekonomi di-drive oleh konsumsi rumah tangga," ujar Esther.

Selain itu, kata dia, pajak bukan menjadi satu-satunya tulang punggung penerimaan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia).

Menurut Esther, pemerintah akan membebani masyarakat dengan pajak dan menggerus konsumsi rumah tangga jika sangat tergantung pada pajak.

"Sehingga pemerintah perlu men-drive penerimaan APBN bukan hanya dari pajak, tapi dari investasi dan ekspor," tuturnya.

Baca juga: Sudah Operasi Pasar, Minyak Goreng di Klaten masih Mahal

Terakhir, Esther menegaskan geliat mobilitas dan konsumsi masyarakat akan berdampak pada kepercayaan diri dari sektor perbankan, di mana kredit perbankan akan lebih mudah untuk digelontorkan agar lebih mendorong sektor riil.

"Tentu saja (gelontoran kredit dilakukan) dengan tetap mengindahkan norma, regulasi, dan prudential perbankan agar tidak terjadi kredit macet," pungkas Esther. (Des/A-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya