PANGSA kekayaan global orang-orang terkaya di dunia melonjak bahkan menciptakan rekor dalam kecepatannya selama pandemi covid-19. Suatu laporan tentang ketidaksetaraan menunjukkan hal tersebut, Selasa (7/12).
Sejak 1995, bagian yang dipegang oleh para miliarder telah meningkat dari 1% menjadi 3%, menurut Laporan Ketimpangan Dunia. "Peningkatan ini diperburuk selama pandemi covid-19. Faktanya, 2020 menandai peningkatan paling tajam dalam catatan kekayaan miliarder global," kata dokumen itu.
Klub 1% orang terkaya telah mengambil lebih dari sepertiga semua kekayaan tambahan yang terkumpul sejak 1995. Sekitar 50% kalangan bawah hanya meraih 2%.
"Setelah lebih dari 18 bulan covid-19, dunia bahkan lebih terpolarisasi," kata Lucas Chancel, salah satu direktur World Inequality Lab di Paris School of Economics, kepada AFP. "Sementara kekayaan miliarder naik lebih dari 3,6 triliun euro (US$4 triliun), 100 juta lebih banyak orang bergabung dengan barisan kemiskinan ekstrem," kata Chancel. Ia mencatat bahwa kemiskinan ekstrem turun selama 25 tahun.
Pemeringkatan oleh majalah Forbes menunjukkan bahwa 10 orang terkaya teratas masing-masing memiliki kekayaan bersih melebihi US$100 miliar. Bos Tesla Elon Musk berada di atas daftar itu dengan kekayaan US$264,5 miliar.
Hanya satu dari mereka yang bukan orang Amerika yaitu kepala grup barang mewah LVMH Bernard Arnault. Semuanya--kecuali dua orang--ialah pemimpin industri teknologi yang kekayaannya telah didorong oleh melonjaknya harga saham perusahaan.
Laporan setebal 228 halaman, yang kontributornya termasuk ekonom Prancis Thomas Piketty, menyerukan pajak kekayaan progresif sederhana pada multimiliuner global. Ini untuk mendistribusikan kembali kekayaan bersama dengan langkah-langkah untuk mencegah penghindaran pajak.
Baca juga: Satu lagi Pengembang Properti Tiongkok Gagal Bayar
"Mengingat volume besar konsentrasi kekayaan, pajak progresif sederhana dapat menghasilkan pendapatan yang signifikan bagi pemerintah," kata laporan itu. (OL-14)