Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (8/11) dibuka pada level 6.599,4, dari penutupan pekan lalu pada level 6.581,78. Terlihat pelemahan cukup terbatas masih ditopang rilis kinerja emiten pada kuartal III 2021 yang mencatat pertumbuhan cukup baik.
"Pagi ini Kospi dibuka melemah -0,37% dan Nikkei dibuka menguat +0,31%. Ada kemungkinan IHSG akan rebound hari ini, seiring dengan sentiment pergerakan bursa global dan regional. Namun hasil PDB yang di bawah ekspektasi dan kekhawatiran tapering di akhir November membayangi pergerakan," kata Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennis Christopher, Senin (8/11).
Pelaku pasar merespon negatif terkait rilis data pertumbuhan GDP kuartal III yang berada di bawah perkiraan. BPS merilis pertumbuhan
GDP kuartal III yang tumbuh sebesar 1,55% QoQ lebih rendah dari kuartal II yang mencapai 3,31%.
Jika mengacu pada kinerja tahunan, pertumbuhan GDP pada kuartal III tumbuh 3,51% YoY, lebih rendah dari periode sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan 7,07% YoY.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III ditopang oleh industri pengolahan dari sisi lapangan usaha. Kinerja ekspor mengalami kenaikan yang didorong oleh kinerja dari komoditas di pasar global.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2021 meningkat pada seluruh wilayah, kecuali kelompok di Pulau Bali dan Nusa Tenggara yang mengalami kontraksi pertumbuhan 0,09%. Sedangkan Maluku dan Papua menunjukkan pertumbuhan tinggi sebesar 9,15%.
Penyebaran dari varian virus delta pada kuartal III memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini tercermin pada pertumbuhan konsumsi di kuartal III 2021 yang tumbuh 1,03% YoY.
Pertumbuhan tersebut lebih lambat dari kuartal II 2021 yang sebesar 5,96% YoY. Berdasarkan data dari BPS, sejumlah komponen yaitu penjualan retail seperti komoditas makanan, minuman dan tembakau mengalami pertumbuhan 5,79% YoY.
Sedangkan untuk komoditas sandang, suku cadang dan aksesoris, peralatan informasi dan telekomunikasi mengalami kontraksi masing-masing sebesar 14,27%, 9,29%, dan 32,38%.
Terdapat kenaikan yang signifikan pada nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit yang tercatat mengalami kenaikan sebesar 9,42% YoY.
"Kami melihat hal tersebut seiring dengan pergeseran pola hidup masyarakat dan akselerasi dari penggunaan teknologi yang saat ini dinilai memberikan kemudahan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus. (OL-13)
Baca Juga: Berantas Fintech Ilegal dengan Keamanan Data Pribadi
The Fed memutuskan untuk mulai melakukan pengurangan pembelian obligasi (tapering off) di bulan November ini.
Ada tiga alasan yang mendorong optimisme Bank Indonesia. Salah satunya, kondisi fundamental Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan taper tantrum pada 2013.
Kendati memiliki fundamental ekonomi yang kuat, tappering off yang akan dilakukan The Fed tetap akan berdampak pada Indonesia.
Dinamika pasar keuangan dapat berdampak pada perekonomian nasional. Terlebih kebijakan tapering off berasal dari ekonomi raksasa, yakni Bank Sentral AS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved