Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Pasar Nantikan Rilis Inflasi dan PMI Indeks

Fetry Wuryasti
01/11/2021 10:47
Pasar Nantikan Rilis Inflasi dan PMI Indeks
Pekan ini menjadi pekan yang menantang bagi pelaku pasar saham.(Antara/Reno Esnir)


MEMASUKI pekan pertama di bulan November, pelaku pasar mencermati rilis data PMI Manufaktur dan Inflasi bulan Oktober yang dinilai cukup krusial untuk mengukur pemulihan ekonomi pasca pembukaan aktivitas dimana penyebaran varian delta virus corona memberikan tekanan pada aktivitas bisnis di sepanjang kuartal III 2021.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia pada kuartal III-2021 akan tumbuh 4,5%. Lalu pada kuartal IV 2021 akan lebih tinggi menjadi 5,4%.

Sehingga secara keseluruhan di tahun 2021, perekonomian nasional tumbuh 4%. Proyeksi ini berlawanan dengan proyeksi dari Organization of Economic Co-operation and Development (OECD) dan International Monetary Fund (IMF) terhadap perekonomian Indonesia yang memproyeksikan pertumbuhan lebih lambat.

OECD memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 hanya akan tumbuh sebesar 3,7%, sementara IMF memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,2%.

Sri Mulyani menegaskan proyeksi dari dua lembaga tersebut terlalu rendah untuk kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Sebab meskipun pada kuartal III 2021 terdapat tekanan dari penyebaran varian delta, namun pemerintah mampu mengendalikan dalam waktu singkat.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dinilai akan mendorong dan mendukung pemulihan ekonomi tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan naiknya belanja negara hingga 60%. Selain itu kenaikan harga komoditas juga turut membantu pemerintah untuk mengaktifkan kembali roda perekonomian. Kondisi korporasi juga mulai membaik dan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga.

"Pekan ini akan menjadi pekan yang cukup menantang. Sebab rilis inflasi Indonesia dinanti apakah mengalami kenaikan atau tidak. Inflasi yang masih berjibaku di level 1,3% - 1 6% sendiri membutuhkan dorongan, khususnya inflasi inti yang masih berada di bawah 1,5%," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Senin (1/11).

Harapannya tentu inflasi naik agar tingkat konsumsi juga meningkat Sejauh mana data ekonomi Indonesia hari ini mampu menggembirakan pasar, sejauh itu pula pasar akan bergerak dan mencoba untuk kembali menembus level 6.600.

Konsistensi jelas harus dimiliki oleh IHSG apabila ingin mencoba untuk melewati 6.600, tidak mudah memang, namun bukan sesuatu yang mustahil untuk terjadi.

"Inflasi sendiri diperkirakan akan naik, meski masih dalam rentang terbatas," kat Nico.

Pertemuan Bank Sentral mulai dari Australia, Amerika, hingga Inggris akan berlangsung pekan ini. The Fed akan mencuri perhatian karena memiliki dampak terbesar bagi pergerakan pasar.

"Kemungkinan The Fed untuk Taper Tantrum pun akan kian semakin besar dengan tingkat probabilitas 70%, dimana inflasi tidak kunjung turun yang membuat potensi kenaikan tingkat suku bunga pada tahun 2022 mendatang semakin meningkat," kata Nico. (Try/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya