Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Satu Dekade Kedepan, Pembangkit Listrik Baru Ditargetkan Didominasi EBT

Insi Nantika Jelita
23/9/2021 20:02
Satu Dekade Kedepan, Pembangkit Listrik Baru Ditargetkan Didominasi EBT
Petugas membersihkan atap panel surya yang terpasang di atas gedung Dirjen Ketenagalistrikan kementerian ESDM(Antara/Aditya Pradana Putra)

KEMENTERIAN Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan ada penambahan kapasitas pembangkit listrik sekitar 40.000 Mega Watt (MW) dalam kurun waktu sepuluh tahun mendatang. Setengah penambahan itu direncanakan berasal dari energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana menyampaikan, penambahan kapasitas listrik ini bertujuan sebagai antisipasi atas meningkatnya demand atau permintaan sesuai hasil prognosis kementerian tersebut.

"Kita pastikan dari tambahan 40.000 MW selama 10 tahun ke depan, hampir 52% berbasis EBT berbagai jenis," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (23/9).

Dia memaparkan, kapasitas pembangkit listrik nasional hingga Juni 2021 sebesar 73.341 MW, yang mana pembangkit berbasis fosil masih berperan penting sebagai penopang produksi listrik, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Pada komposisi tersebut, PLTU dinilai mendominisasi sebesar yaitu 47% atau sekitar 34.856 MW, disusul PLTG/GU/MG 20.938 MW (28%), PLTA/M/MH 6.255 MW (9%), PLTD 4.932 MW (7%), PLTP 2.174 MW (3%), PLTU M/G 2.060 MW (3%), dan PLT EBT lainnya 2.215 MW (3%). 

Baca juga : Pengamanan Data Digital Perbankan, Kebijakan OJK Fokus Perlindungan Konsumen

"Secara generation cost, PLTU memang masih murah. (Rencana pemakaian EBT) agar tarif listriknya tidak mahal ke rakyat, meningkatkan daya beli masyarakat dan membuat industri makin kompetitif," jelas Rida.

"(Komposisi) ini tidak bisa dipertahankan terus menurus. Meskipun kita punya banyak batu bara. Lambat laun akan habis," tambahnya.

Sementara dari sisi produksi listrik, realisasi volume PLTU hingga periode yang sama terbilang jauh besar sebesar, yaitu 65,30% atau masih membutuhkan batu bara sebesar 32,76 juta ton. Sisanya, disampaikan ESDM dipasok dari gas 17% (184.079 BBTU), Air 7,05%, Panas Bumi 5,61%, BBM 3,04%, BBN 0,31%, Biomassa 0,18%, Surya 0,04% dan EBT lainnya 0,14%.

"Kita harus keluar dari sini untuk menghasilkan yang lebih hijau, bersih, dan ini jadi tanggung jawab bersama," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM tersebut.

Dari segi infrastruktur pendukung lainnya, penyaluran tenaga listrik nasional hingga Juni 2021 menunjukkan adanya pembangunan transmisi sepanjang 62.440 kilometer sirkuit (kms), gardu induk 151.698 sebesar Mega Volt Ampere (MVA), jaringan distribusi sebesar 1.013.217 kms, dan gardu distribusi sebesar 62.345.606 MVA. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya