Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Ekonom Bank Mandiri: BI Rate Diharapkan Tetap hingga Akhir Tahun

Fetry Wuryasti
22/7/2021 22:10
Ekonom Bank Mandiri: BI Rate Diharapkan Tetap hingga Akhir Tahun
Logo Bank Indonesia di gedung Bank Indonesia, Jakarta.(MI/Susanto.)

BANK Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50%. Rapat Dewan Gubernur BI pada 21-22 Juli, seperti yang diekspektasikan, mempertahankan BI 7 day Reverse Repo Rate (BI 7DRRR) di 3,50%. Fasilitas simpanan dan pinjaman juga tetap masing-masing sebesar 2,75% dan 4,25%.

Keputusan tersebut tetap didasarkan pada upaya untuk terus menjaga nilai tukar rupiah dan stabilitas pasar keuangan. Ditambah lagi meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat melonjaknya kasus global covid-19 yang dipicu oleh varian Delta. Hal ini juga dilakukan sebagai upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. 

Untuk lebih mendukung pemulihan ekonomi, BI akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif. "Kami berharap suku bunga kebijakan tetap flat di sisa tahun 2021. Hal ini seiring dengan penerapan PPKM darurat untuk mengatasi lonjakan kasus covid-19. Kami melihat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif menjadi lebih diperlukan untuk membantu pemulihan ekonomi Indonesia pada 2021," Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman, Kamis (22/7).

Oleh karena itu, menjaga tingkat kebijakan tetap rendah dalam waktu yang cukup lama diperlukan untuk memastikan jalur pemulihan ke depan pada jalurnya. "Kami merevisi perkiraan pertumbuhan PDB 2021 dari 4,43% menjadi 3,69% (versus 2,07% pada 2020) di tengah penerapan PPKM darurat," kata Faisal.

Stabilitas nilai tukar rupiah juga perlu dijaga di tengah potensi risiko tapering The Fed, menyusul akselerasi pemulihan ekonomi AS. Prospek ekonomi AS yang lebih cerah menimbulkan kekhawatiran terhadap tekanan inflasi di dalam negeri yang selanjutnya memicu aliran modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia (flight to quality/risk off). Apalagi The Fed telah memberikan sinyal untuk memulai pembahasan mengenai arah program pembelian asetnya (quantitative easing/QE) dan menaikkan FFR menjadi 0,75% pada 2023. 

Namun berkat inflasi domestik yang rendah, Indonesia mampu menjaga perbedaan suku bunga tetap menarik sehingga aliran modal tetap masuk dan membuat nilai tukar rupiah relatif stabil. Defisit transaksi berjalan (CAD) yang terkelola baik juga mendukung stabilitas nilai tukar rupiah pada tingkat tertentu. Pihaknya memperkirakan inflasi 2021 dan CAD masing-masing mencapai 2,28%, dan -1,06% dari PDB (versus 1,68% dan 0,41% dari PDB pada 2020), relatif lebih rendah dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi.

Baca juga: Imbas PPKM, BI Perkirakan Pertumbuhan Kredit Lebih Rendah

"Secara keseluruhan, kami masih mengharapkan BI untuk mempertahankan BI 7DRRR di level 3,50% hingga akhir tahun 2021 seiring dengan melakukan QE dan pelonggaran kebijakan makroprudensial untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Ke depan, kami memandang stance kebijakan moneter BI akan sangat bergantung pada perkembangan pasar keuangan global dan kemajuan pemulihan ekonomi Indonesia (keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan)," tutup Faisal. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya