Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Menperin: Banyak Perusahaan Otomotif Tertarik Berinvestasi di RI

M. Ilham Ramadhan Avisena
14/7/2021 16:12
Menperin: Banyak Perusahaan Otomotif Tertarik Berinvestasi di RI
Ilustrasi pekerja melakukan perakitan mobil di pabrik.(Antara)

INDONESIA dinilai sebagai negara tujuan investasi industri otomotif ramah lingukungan yang menarik di mata investor. Dibuktikan dengan komitmen pelaku industri otomotif Jepang yang menyatakan minat berinvestasi di Tanah Air.

Hal itu dikemukakan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/7). "Indonesia masih menjadi negara tujuan utama investor dalam pengembangan industri kendaraan bermotor. Mereka memberikan komitmen untuk membangun kendaraan bermotor berbasis listrik di Indonesia," jelas Agus.

Beberapa industri otomotif asal Jepang yang berkomitmen untuk menanamkan modal dan mendorong pertumbuhan industri kendaraan ramah lingkungan merupakan perusahaan besar. Perusahaan tersebut, yakni Toyota Motor Corporation dengan komitmen investasi Rp28,3 triliun hingga 2024.

Baca juga: Bahlil: RI Harus Jadi Negara Penghasil Baterai Mobil Listrik Terbesar Dunia

Lalu, Honda Motor Company dengan komitmen nilai investasi sebesar Rp5,2 triliun hingga 2024. Kemudian, Suzuki Motor Corporation dengan komitmen nilai investasi sebesar Rp1,2 triliun. Berikut, Mitsubishi Motor Corporation dengan komitmen investasi sebesar Rp11,2 triliun sampai 2024.

Agus menyebut kendaraan berbasis listrik (Electric Vehicle/EV) akan menjadi primadona di masa depan. Hal itu sejalan dengan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan dan melindungi alam dari ancaman perubahan iklim.

Merujuk data Bloomberg, lanjut Agus, permintaan EV secara global diperkirakan terus meningkat dan mencapai minimal 55 juta unit pada 2040. Pertumbuhan tersebut mengarah pada peningkatan kebutuhan lithium baterai, yang diperkirakan pada 2030 terdapat kapasitas lebih dari 500GWH.

Baca juga: Menaker Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi Karyawan Pabrik Toyota

Artinya, permintaan baterai akan terus meningkat. Menurutnya, hal itu akan menguntungkan Indonesia, karena memiliki bahan baku baterai berupa nikel yang melimpah. "Dalam porsi tertentu, pemilik sumber bahan baku baterai ini akan memegang peranan yang sangat penting dalam ekosistem pengembangan EV," terang Agus.

"Indonesia adalah pasar penjualan dan juga produksi otomotif terbesar di ASEAN. Dalam industri otomotif, diproyeksikan tumbuh tambahan 2 juta produksi pada 2025. Ini juga bisa menjadi peluang untuk mengembangkan EV," imbuhnya.

Dia memandang Indonesia mampu mendukung rantai pasokan baterai untuk kendaraan listrik. Mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur cell baterai, perakitan baterai, manufaktur EV, hingga daur ulang EV.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya