Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ketua OJK Nilai Kondisi Perbankan Nasional Stabil

Despian Nurhidayat
24/3/2021 14:25
Ketua OJK Nilai Kondisi Perbankan Nasional Stabil
Ilustrasi(MI/Ramdani)

OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa kondisi perbankan nasional saat ini dalam kondisi stabil didukung dengan likuditas yang sangat ample. Hal itu terlihat dari alat likuid yang dalam tren meningkat, di mana saat ini, likuiditas perbankan yang tersedia mencapai Rp2.219 triliun di antaranya jumlah SBN Rp1,404 Triliun dan penempatan pada BI sebesar Rp554 triliun.

Selain itu, DPK (Dana Pihak Ketiga) juga dikatakan tumbuh cukup tinggi yakni 10,57% dan LDR (Loan to Deposit Ratio) juga berada di level rendah yaitu 82,5%.

"Kondisi permodalan perbankan juga berada di level yang solid dengan CAR sebesar 24,5% dan tingkat risiko kredit yang terjaga yakni NPL gross pada Januari 2021 3,17%," ungkap Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam Webinar Katadata bertajuk Indonesia Data and Economic Conference 2021, Rabu (24/3).

Wimboh menambahkan, mulai pulihnya ekonomi saat ini telah berdampak pada perbaikan pertumbuhan kredit walaupun masih di zona kontraksi. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan kredit pada Januari 2021 yang sudah mencapai minus 1,92% yoy atau membaik dibandingkan posisi pada Desember 2020 yang mencapai minus 2,41% yoy.

Penurunan pertumbuhan kredit ini, menurutnya disebabkan oleh pelunasan yang dilakukan oleh debitur korporasi yang masih menahan laju ekspansinya pada awal tahun. Hal ini terlihat pada undisbursed loan yang selalu meningkat di awal tahun.

"Selain itu, penyaluran kredit oleh kelompok BPD dan Bank BUMN masih konsisten mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,68% yoy dan 1,45% yoy yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit masih didorong dari daerah dan beberapa penyelesaian proyek pemerintah. Selain itu, sinyal pemulihan mulai terlihat dari meningkatnya external demand yang mendorong pertumbuhan kredit ekspor sebesar 11,93% yoy," tuturnya.

Sementara itu, lanjut Wimboh, di tengah kinerja sektor riil yang tertekan, sebagian masyarakat cenderung menempatkan  ekses dananya di perbankan dan sebagian lainnya menginvestasikan ekses dananya di pasar modal.

Imbasnya, DPK tumbuh tinggi yakni 10,57% termasuk bagi nasabah korporasi, lantaran  belum pulihnya perekonomian ke titik semula mengakibatkan nasabah korporasi menahan laju ekspansi usahanya, di mana kredit korporasi turun 3,2%.

"Dengan kondisi seperti itu, korporasi besar masih mampu menggunakan dana dari kapasitas internalnya (self financing) untuk melakukan aktivitas bisnisnya ketimbang menggunakan kredit sebagaimana di masa pra-pandemi. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit korporasi yang terkontraksi paling dalam yakni minus 3,2%, UMKM minus 1,7% dan konsumsi minus 1%," pungkas Wimboh. (OL-13)

Baca Juga: OJK: 3,38 Juta Debitur Ajukan Restrukturisasi Kredit



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya