Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS Cemaskan Negara Berkembang

Fetry Wuryasti
27/2/2021 03:20
Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS Cemaskan Negara Berkembang
Orang berjalan di Bursa Efek New York, AS, Rabu (25/2).(AFP/Spencer Platt.)

KENAIKAN imbal hasil obligasi AS atau US Treasury merupakan bagian dari refleksi ekspektasi dan harapan akan prospek pemulihan yang lebih kuat. Tapi pada kenyataannya, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun mengalami kenaikan secara mendadak, sebesar 1,61%.

Masalahnya, angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam 1 tahun. US Treasury 5 tahun juga naik sehingga membuat situasi dan kondisi menjadi semakin waswas. Imbal hasil US Treasury yang mengalami kenaikan tentu menghapuskan keraguan terhadap inflasi.

Namun kenaikan US Treasury lebih kepada prospek pertumbuhan. Soalnya, data perekonomian Amerika terkait dengan Durable Goods Orders mengalami kenaikan tinggi dari sebelumnya 1,2% menjadi 3,4%.

"Level ini  cukup tinggi, karena kalau kita melihat mundur kebelakang, sempat mengalami peningkatan pada Maret, tapi berangsur-angsur mengalami penurunan," kata Associate Director of Research and Investment Maximilianus Nico Demus, Jumat (26/2). Bank Sentral berusaha untuk menenangkan pasar dengan mengatakan jumlah pembelian obligasi tetap sama sehingga tidak memberikan implikasi terhadap imbal hasil obligasi.

Yang diinginkan pelaku pasar dan investor yaitu The Fed harus mengintervensi untuk menjaga imbal hasil untuk tetap rendah. "Bila tingkat suku bunga riil naik lebih tinggi, tentu hal ini memberikan gambaran bahwa pertumbuhan perekonomian telah menjadi kenyataan, sehingga tentu saja pelaku pasar dan investor menjadi gelisah karena dikhawatirkan para pemangku kepentingan akan menghentikan stimulus lanjutan karena cost of fund pinjaman mengalami kenaikan," kata Nico.

The Fed mengatakan bahwa mereka akan menjaga tingkat suku bunga untuk tetap rendah dan tetap melakukan pembelian obligasi. Meskipun demikian para pelaku pasar dan investor terus melakukan penjualan di pasar obligasi yang mendorong imbal hasil mengalami kenaikan.

Kenaikan imbal hasil obligasi juga disebabkan pelaku pasar dan investor menghargai adanya ekspektasi kenaikan tingkat suku bunga karena perekonomian akan pulih lebih cepat. Distribusi vaksin dan prospek stimulus tambahan membuat pelaku pasar dan investor yakin bahwa pemulihan ekonomi bukanlah hal yang halu.

Karena itulah US Treasury 2 tahun dan 5 tahun meningkat. Obligasi jangka pendek lebih mencerminkan tentang pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan ekspektasi.

"Tapi data ketenagakerjaan dan inflasi masih berada di rentang bawah yang belum menggambarkan perekonomian dapat pulih tahun ini. Bahkan masih jauh dari kata pulih," kata Nico.

Mata uang di pasar berkembang berpotensi menjadi turun lebih dalam, karena kekuatan dollar AS yang semakin perkasa. Sejauh ini kenaikan US Treasury juga dikhawatirkan oleh beberapa negara lain, tidak terkecuali Indonesia.

Kenaikkan imbal hasil obligasi Indonesia yang kian masif sebagai bagian dari spread premium terhadap US Treasury juga memberikan tekanan terhadap pasar obligasi yang mendorong obligasi mengalami kenaikan. Sebagai informasi, obligasi Indonesia 10 tahun sudah naik dari 6,05% menjadi 6,5%. Perbedaan 0,45% bukan angka yang ringan. Ketika kenaikan obligasi lebih tinggi dari yang diperkirakan, ada beberapa yang melakukan intervensi untuk menjaga agar jangan sampai mengalami kenaikan lebih tinggi.

Namun belum tentu kenaikan imbal hasil obligasi merupakan bukti bahwa perekonomian akan menjadi lebih baik. Di emerging market, pasar saham dan obligasi terkadang tidak selalu berkorelasi positif. Hal ini berbeda dengan negara maju, meskipun pengukuran harus tetap dilakukan terkait seberapa besar korelasinya.

"Dengan mata uang Indonesia terhadap dolar AS yang masih dalam rentang positif, kami yakin Indonesia akan jauh lebih kuat sebagai negara emerging market," kata Nico. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya