Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
PEREKONOMIAN global maupun domestik masih dihadapkan pada tantangan pandemi covid-19 yang belum reda. Namun, berbagai pihak optimistis kebangkitan ekonomi akan terjadi di tahun 2021 ini.
Hal ini dibahas dalam The Indonesia 2021 Summit yang diselenggarakan secara virtual atas kolaborasi MUFG Bank, Ltd. dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk, bekerja sama dengan Media Group News (MGN), Selasa (23/2). Mengusung tema utama The Future is Now, The Indonesia 2021 Summit menghadirkan berbagai perspektif yang dikemas dalam panel "Dunia di Tahun 2021" dan "Indonesia pada Tahun 2021.
Dalam pidato kunci, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan prioritas utama pemerintah Indonesia pascapandemi covid-19, yaitu Kesehatan Pulih, Ekonomi Bangkit. Hal ini coba dicapai melalui program Indonesia Sehat, Indonesia Bekerja, dan Indonesia Tumbuh.
“Tentu kalau kita bicara bekerja dan tumbuh, tidak mungkin berjalan kalau Indonesia-nya tidak sehat dulu. Prioritas dari Indonesia Sehat adalah rakyat aman dari covid-19 dan yang terpenting reformasi dari layanan kesehatan di Indonesia,” katanya.
Erick menyebut program vaksinasi yang sedang berjalan saat ini menjadi harapan baru bagi pemulihan dan transformasi ekonomi nasional. Pada tahap awal untuk mencapai herd immunity melalui vaksinasi 70% masyarakat Indonesia, sebanyak 364.204.000 vaksin pemerintah dan vaksin gotong-royong akan didistribusikan sepanjang 2021.
Sementara untuk Indonesia bekerja, pemerintah memprioritaskan pemberdayaan dan percepatan tenaga kerja. Antara lain dengan insentif usaha, perlindungan sosial, program prioritas seperti dukungan pariwisata dan ketahanan pangan, serta dukungan UMKM dan pembiayaan korporasi. “Dan terakhir baru kita bisa melihat bagaimana prioritas pemulihan dan transformasi ekonomi nasional melalui Indonesia Tumbuh,” jelasnya.
Erick menyebut bahwa pemerintah bersama stakeholder terkait optimistis bahwa pertumbuhan Indonesia secara ekonomi pada 2021 akan lebih baik dari tahun kemarin. “Kalau tahun kemarin kita minus 2,1%, insya Allah tahun ini kita bisa tumbuh 3-5%. Tentu tergantung bagaimana kita menangani (program) Indonesia Sehat, yakni (penerapan) 3M, termasuk vaksinasi yang sedang berjalan,” paparnya.
Dalam diskusi panel "Indonesia pada Tahun 2021", Direktur Eksekutif CSIS Indonesia Philips J. Vermonte melhat bahwa vaksinasi akan menjadi game changer jika pelaksanaannya berhasil. Pasalnya, persoalan ekonomi disebabkan oleh krisis kesehatan. Ketika segi kesehatan bisa dihandle, katanya, recovery bisa dilakukan dengan cepat.
Baca juga :Percepat Recovery Ekonomi Nasional, BRI Turunkan Bunga Kredit
“Apa yang sedang diusahakan oleh pemerintah hari-hari ini dan beberapa waktu ke depan terkait dengan vaksin itu akan mendorong kita untuk lebih tahan dari sisi kesehatan. Dan kita mulai bisa memikirkan recovery ekonomi yang lebih komprehensif di tahun 2021,” jelasnya.
Philips juga menyebut kondisi ekonomi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari faktor global. Karena itu, Indonesia harus bisa mendorong multilateralisme dan kerja sama ekonomi, yang mana Indonesia bisa mendapatkan benefit dari situ.
Sementara itu, Managing Partner PT Verdhana Sekuritas Indonesia Heriyanto Irawan juga mengungkapkan optimismenya terkait perekonomian Indonesia pada 2021. Menurutnya, Indonesia memiliki tren yang lebih baik dalam mengahadapi krisis ekonomi di masa pandemi covid-19.
“Ketika ekonomi dunia turun tahun kemarin gara-gara covid-19, kita lebih dangkal turunnya dibandingkan negara-negara lain. Setelah kita menuju recovery, Indonesia ini ekspektasinya akan lebih cepat dibandingkan negara lain,” ungkapnya.
“Ada beberapa ciri-ciri bahwa kenapa kita merasa ekonomi Indonesia ini cukup resilient. Pertama kita sadar bahwa korporasi Indonesia itu sungguh resilient, kedua kita sangat berterima kasih rupiah kita bisa full recovery, ketiga kebetulan komoditas-komoditas lagi naik, dan keempat tidak kalah pentingnya adalah balance covid policy,” tambahnya.
Pada sesi "Dunia di Tahun 2021", akademisi peraih Hadiah Nobel Ekonomi (2001) Joseph E Stiglitz dan penulis ternama Amerika Serikat yang masuk “100 Pemikir Global Utama” Robert D. Kaplan membahas proyeksi keadaan ekonomi dunia pada 2021.
Joseph memandang bahwa semangat banyak negara dalam memproduksi vaksin dan mendistribusikannya ke negara-negara lain berdampak pada akselerasi pemulihan ekonomi dunia. “Karena itu, setiap orang di dunia berhak untuk mendapatkan vaksin covid-19 secepat mungkin,” ujarnya.
Sementara Robert menilai penanganan covid-19 di Asia sudah sangat baik. Dia juga sangat optimistis dengan pemulihan ekonomi di Asia, termasuk di Indonesia. Keduanya pun mengingatkan bahwa mungkin sekali Asia Tenggara justru akan menjadi real beneficiary dari perubahan geopolitik dan ekonomi yang baru setelah covid-19 ini. (OL-2)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Situasi global yang masih dan kian tak menentu patut diwaspadai. Perkembangan dari ekonomi dunia dan konflik Timur Tengah Iran vs Israel dinilai dapat memberi dampak ke perekonomian Indonesia.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mencatatkan defisit sebesar Rp21 triliun, setara 0,09% dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga akhir Mei 2025.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, masyarakat dan pelaku usaha diprediksi akan menghadapi berbagai tantangan.
PENGAMAT ekonomi Universitas Mataram (Unram), Firmansyah mengatakan, relaksasi ekspor konsentrat di NTB tidak perlu dilakukan, jika hanya untuk memperbaiki data pertumbuhan ekonomi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved