Rampung 2023, KIK Bintuni Bakal Serap Investasi Rp300 Triliun

Insi Nantika Jelita
28/12/2020 13:45
Rampung 2023, KIK Bintuni Bakal Serap Investasi Rp300 Triliun
Bupati Bintuni Petrus Kasihiw(MI/Martinus Solo)


Kawasan Industri Khusus (KIK) Teluk Bintuni, Papua Barat, ditargetkan rampung pada 2023. Tempat tersebut diyakini mampu menarik banyak investor untuk mendukung pembangunan dan perekonomian di kawasan Indonesia Timur.

"Kami mengapresiasi pemerintah pusat yang mengakselerasi industri terpadu Teluk Bintuni yang beroperasi di 2023 nanti. Kawasan industri terpadu ini diproyeksikan menyerap investasi hinggga Rp300 triliun," ungkap Bupati Teluk Bintuni  Petrus Kasihiw   dalam Bintuni Energy Forum secara virtual, Senin (28/12).

Petrus menuturkan, pihaknya tidak ingin terlena dengan dana investasi di KIK Teluk Bintuni yang bakal dicapai Menurutnya, yang perlu diperhatikan pemerintah pusat dan daerah adalah kemakmuran masyarakat setempat dan Papua Barat.

Pada tahun ini, dia menyebut, perusahaan petrokimia yang berasal dari Eropa, yaitu Chayil Energy berencana menggelontorkan investasi senilai US$ 2 miliar atau setara Rp 28,8 triliun untuk membangun kilang di KIK Teluk Bintuni. 

Petrokimia sendiri menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di Teluk Bintuni yang termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

"Kami tentu tidak terlena dengan angka-angka banjir investasi tersebut, karena yang penting adalah kesejahteraan masyarakat Teluk Bintuni," ujar Petrus.

Diketahui, KIK Teluk Bintuni terletak di Desa Onar Baru Distrik Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni Papua Barat dengan luas lahan  ± 2112 hektare hektare Berbasis Industri Pupuk dan Petrokimia.

Petrus menegaskan, pihaknya juga memprioritaskan pembangunan sumber daya manusia (SDM) dalam mendukung kemajuan kawasan industri tersebut, dengan menyiapkan SDM berkualitas baik.

Dengan mendirikan Pusat Pelatihan Teknik Industri dan Migas (P2TIM ) Teluk Bintuni, diharapkan dapat mencetak sumber daya siap kerja dibidang energi. Sejak tahun 2018, kata Petrus, pusat pelatihan itu menghasilkan 518 siswa yang bersertifikat internasional.

"Kami juga menggulirkan program untuk mendukung usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal tersebut perlu dipacu agar potensial," pungkas Petrus. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya