Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

BI: Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi

Fetry Wuryasti
03/12/2020 13:46
BI: Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi
Logo Bank Indonesia yang terpasang di pagar.(MI/Susanto )

GUBERNUR Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan perekonomian global diproyeksikan tumbuh 5% pada tahun 2021, setelah kontraksi sebesar -3,8% pada 2020, begitu pula proyeksi bertumbuhnya perekonomian tahun depan di Tiongkok, AS, dan sejumlah negara lain. Hal ini didukung stimulus fiskal dan moneter yang besar serta mulai meingkatnya mobilitas manusia dan aktivitas perekonomian.

Untuk itu momentum pemulihan ekonomi nasional perlu terus didorong, dan sinergi membangun optimisme perlu diperkuat.

Baca juga: Wapres : Pandemi Hambat Realisasi Program Sejuta Rumah

"Sinergi inilah semangat Bank Indonesia untuk berkoordinasi erat dengan pemerintah pusat dan daerah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga perbankan, dunia usaha, investor, DPR, BPK, akademisi, media dan masyarakat bersatu, bersinergi, bergotong royong membangun optimisme pemulihan ekonomi," kata Perry dalam pidato Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020, secara virtual, Kamis (3/12).

Tahun 2021, diperkirakan ketidakpastian pasar keuangan global mereda, aliran modal asing mulai masuk ke negara pasar berkembang, didorong melimpahnya likuiditas global dan rendahnya suku bunga negara maju.

Tekanan nilai tukar rupiah dari dolar AS juga menurun dengan proyeksi indeks dolar AS menjadi 89,4 di 2021 dari sebelumnya 92,4 per November 2020.

Di dalam negeri, perekonomian nasional diproyeksikan membaik pada tahun 2021. Bank Indonesia memprediksikan ekonomi mulai tumbuh positif pada triwulan IV-2020 dan meningkat ke sekitar 4,8-5,8% pada 2021.

Pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan meningkat di seluruh daerah, didukung kenaikan ekspor dengan perbaikan ekonomi global, konsumsi dengan stimulus belanja sosial dari pemerintah, investasi dengan stimulus belanja modal, dan investasi swasta dengan UU Cipta Kerja, serta meningkatnya mobilitas manusia dengan hadirnya vaksinasi.

Inflasi tercatat rendah di bawah 2% pada 2020 dan terjaga pada sasaran 3 plus minus 1% pada 2021, dengan masih relatif lemahnya permintaan, terjaganya ekspektasi inflasi, dan stabilitas rupiah, serta kredibilitas kebijakan Bank Indonesia dan koordinasi tim pengendalian inflasi di pusat maupun di daerah.

Nilai tukar rupiah terpantau stabil dan cenderung menguat didukung kebijakan stabilisasi BI dan masuknya aliran modal asing. Rupiah terpantau berada pada level 14.120 per dolar AS per 30 November 2020, dibandingkan dengan awal pandemi pada bulan Maret lalu di posisi 16.575 dan akhir tahun 2019 lalu pada level 13.883 per dolar AS.

"Rupiah secara fundamental masih undervalue dan berpotensi menguat, dengan rendahnya inflasi defisit transaksi berjalan, tingginya imbal hasil hasil investasi, dan menurunnya premi risiko indonesia," kata Perry.

Cadangan devisa Indonesia tercatat meningkat, stabilitas eksternal terjaga, neraca pembayran surplus, defisit transaksi berjalan rendah di bawah 1,5% PDB pada 2020 dan sekitar 1,5% PDB pada 2021.

Baca juga: BKPM Putar Otak Agar Proyek Mangkrak kembali Jalan

Stabilitas sistem keu jg terjaga, intermediasi perbankan akan membaik. Dana pihaknketiga (DPK) dan kredit diproyeksikan tumbuh masing-masing 7-9% pada 2021.

"Ekonomi dan keuangan digital diproyeksikan meningkat pada 2021, dengan nilai transaksi e-commerce akan mencapai Rp 337 triliun, uang elektronik Rp 266 triliun, dan digital banking lebih dari Rp 32 ribu triliun," tutup Perry. (Try)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya