Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Gempar di Bursa Saham

Fetry Wuryasti
01/12/2020 05:35
Gempar di Bursa Saham
Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham di Jakarta, Jumat (6/11/2020)(ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.)

INDEKS harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir November, kemarin, ditutup kontraksi 170,92 poin atau -2,96% ke level 5.612,41.

Pelemahan dipicu sentimen negatif akibat meningkatnya penyebaran covid-19 di Indonesia serta adanya rebalancing saham pada MSCI Global Standard Index. Dalam rebalancing MSCI Indonesia Index dua emiten terdepak keluar, yakni PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Namun, EXCL langsung masuk ke MSCI Global Small Cap Index.

Pelaku pasar sebenarnya sudah memperhitungkan akan adanya peningkatan kasus covid-19 sesuai fenomena global. Yang dikhawatirkan ialah peningkatan kasus covid-19 ini akan membuat pemerintah memberlakukan lagi kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara ketat.

Kekhawatiran akan penerapan PSBB ketat bertambah besar ketika di sebuah media daring muncul berita bahwa Gubernur DKI Tarik Rem Darurat, PSBB Berlaku Lagi. Hal ini menjadikan penurunan indeks semakin tajam sehingga mencapai level 5.563 atau turun 220 poin pada pukul 14.05

"Ada MSCI rebalancing buat 1 Desember, yang hari ini eksekusi. Kemudian, diperparah beredar berita hoaks tentang PSBB yang diperketat kembali di DKI," kata Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma, saat dihubungi, kemarin.

Analis PT Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan investor dilanda panic selling. Apalagi, investor asing juga terus secara masif melakukan penjualan. "Di sisi lain, market juga khawatir terkait dengan penerapan PSBB di Tanah Air," kata Nafan.

Setelah situs berita itu mengklarifikasi tentang berita yang beredar sebagai hoaks, tekanan terhadap IHSG berkurang. IHSG bisa naik 50 poin dari posisi terendahnya dan ditutup pada level 5.612,14.

Di sisi lain, nilai transaksi bursa kemarin sangat besar hingga menembus Rp32 triliun.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono W Widodo mengatakan nilai transaksi harian saham di pasar reguler ini tertinggi sepanjang sejarah transaksi di BEI.

"Senilai Rp32,01 triliun dengan total frekuensi 1.685.213 kali. BEI pernah mencatat nilai transaksi harian saham di pasar reguler tertinggi sebelumnya pada 25 November 2020, yaitu senilai Rp16,48 triliun dengan total frekuensi 1.412.553 kali," kata Laksono.

Rupiah melemah

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta kemarin sore ditutup melemah seiring kenaikan jumlah kasus covid-19.

Rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,21% ke posisi Rp14.120 per US$1 jika dibandingkan dengan hari sebelumnya Rp14.090 per US$1.

"Memang sentimen negatif muncul dari memburuknya pandemi di banyak negara," kata analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, kemarin.

Survei oleh Komisi Eropa menunjukkan sentimen ekonomi Zona Euro turun pada November, yang pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir akibat gelombang kedua covid-19 yang melanda Benua Eropa.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.070 per US$1. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.070 per US$1 hingga Rp14.137 per US$1.

Penguatan nilai tukar rupiah dan IHSG amat dipengaruhi kepercayaan investor terhadap penanganan covid-19. Meski vaksin segera tersedia, investor khawatir pengendalian pandemi butuh waktu lebih lama akibat masalah distribusi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan Indonesia harus terus berhati-hati dalam menangani covid-19 yang saat ini kasusnya mengalami peningkatan cukup signifikan karena akan berdampak lebih buruk pada perekonomian. (Des/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik