Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Fintech Mulai Merambah ke Sektor Pertanian

Mediaindonesia.com
30/11/2020 18:08
Fintech Mulai Merambah ke Sektor Pertanian
Para petani mulai dikenalkan dan ditawarkan akses keuangan melalui fintech pertanian.(Ist)

SEBAGAI negara agraris, pertanian merupakan sektor yang diandalkan di Tanah Air. Namun sebagian besar petani masih menghadapi beberapa kendala dan salah satunya adalah kendala permodalan. 

Namun menarik untuk dicatat bahwa pertumbuhan sektor financial technology atau fintech pertanian akan memberi para petani ruang untuk bernapas, yang memungkinkan mereka untuk menstabilkan posisi mereka, dan mengatur ulang rencana mereka saat ini. 

Berikut ini adalah berbagai cara industri fintech pertanian mendukung petani Indonesia, salah satunya seperti yang dlakukan Crowde.

Aldy Rahmadiansyah, Marketing Creative Crowde, mengatakan meminjam uang adalah bagian umum dari operasi pertanian di banyak negara, tidak terkecuali Indonesia. 

Sayangnya, kata Aldy, proses peminjaman masih kurang menguntungkan, karena petani terpaksa melalui perantara dan melewati berbagai rintangan untuk mendapatkan dana yang mereka butuhkan untuk beroperasi.

Namun, berkat upaya sektor fintech pertanian membuat pinjaman langsung lebih tersedia bagi semua orang.

Cara selanjutnya adalah koneksi Langsung. Berkat fintech pertanian, petani sekarang memiliki peluang yang lebih baik untuk menjalin hubungan langsung dengan pemberi pinjaman dan lembaga lain yang mungkin penting dalam operasi mereka, dari pada harus bergantung pada perantara.

"Perubahan ini sendiri berpotensi berdampak besar pada cara kerja berbagai hal, dan diharapkan mampu menjadi tren yang akan semakin stabil," kata Aldy.

Begitu juga dengan model pembayaran berkelanjutan. Alih-alih harus melakukan pembayaran di muka yang besar untuk peralatan, para petani sekarang dapat menggunakan berbagai program pembayaran yang sedang berjalan, yang dapat memperkenalkan banyak stabilitas dalam operasi dibandingkan sebelumnya. 

"Dengan hanya membayar untuk apa yang sebenarnya mereka gunakan, banyak petani yang sekarang memiliki kemampuan untuk mengatur keuangan mereka dengan cara yang jauh lebih efisien, melewati beberapa masalah yang biasa dihadapi ketika berhadapan dengan model tradisional," ujar Aldy dalam keterangan yang dikutip, Senin (30/11).

Inklusi adalah sebuah keadaan di mana masyarakat mempunyai akses terhadap layanan keuangan formal. Menurut Aldy, inklusi keuangan digital di sektor pertanian sendiri secara tradisional rendah di Indonesia.

"Oleh karena itu, masih banyak permasalahan pada bidang pertanian di antaranya kurangnya lahan, kurangnya modal, dan kurangnya pengolah lahan," jelasnya. 

Namun, berkat berbagai layanan keuangan dari fintech pertanian, itu menjadikan modernisasi teknologi sebagai alternatif dalam meningkatkan inklusi keuangan pada bidang pertanian.

Selain itu, menurut Aldy, fintech pertanian akan  membawa lebih banyak variasi alat dan utilitas keuangan ke sudut pasar pertanian, sehingga semakin mudah untuk diakses oleh para petani di daerah. 

Masalah lain yang sudah lazim cukup lama, tetapi sekarang mulai ditangani adalah mengenai ketersediaan rencana asuransi panen yang tepat untuk petani.

"Dengan asuransi panen akan melindungi hasil panen petani dari yang terburuk tidak lagi menjadi cobaan berat, meskipun masih banyak yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi," jelas Aldy. 

"Hal yang terpenting adalah segala sesuatunya bergerak maju ke arah yang benar, dan ini sebagian besar terjadi berkat sektor fintech pertanian," tuturnya. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik