Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Bunga Kredit masih Tinggi

Fetry Wuryasti
26/11/2020 02:20
Bunga Kredit masih Tinggi
Ilustrasi Monitor penunjuk tarif bunga deposito yang dipajang di salah satu sudut Kantor BNI Pusat, Jakarta(ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/)

SUKU bunga kredit yang diberikan oleh perbankan Indonesia masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara lain.

Saat ini rasio antara suku bunga simpanan dan kredit mencapai tiga kali lipat. Hal ini berbeda dengan di negara lain yang rasionya hanya dua kali lipat.

"Bunga kredit bank di Indonesia yang di bank besar berkisar 8%. Pada bank agak sedikit kecil masih pada level 10-11%. Saya boleh katakan rasio antara bunga deposito dan pinjaman hampir sekitar tiga kali," kata Ketua Apindo Bidang Pasar Modal Gunawan Tjokro dalam webinar Economic Outlook 2021 tentang Geliat Industri Perbankan 2021, kemarin.

Pada Bank BRI, per 30 September 2020, suku bunga dasar kredit korporasi ialah sebesar 9,95%, ritel 9,80%, mikro 16,75%, KPR 9,9%, dan non-KPR 12%, sedangkan suku bunga deposito Bank BRI pada kisaran 4,75-5,5%.

Pada Bank BNI, suku bunga dasar kredit korporasi 9,8% persen ritel 9,8%, KPR 10,15%, non KPR 11,95%, sedangkan suku bunga deposito pada 3,5%.

Pada Bank Mandiri, suku bunga dasar kredit korporasi 9,85% ritel 9,8%, mikro 11,5%, KPR 10%, non-KPR 11,6%. Suku bunga deposito pada kisaran 3,26%-3,48%.

Gunawan membandingkan dengan negara lain seperti Thailand, Malaysia, dan Tiongkok yang rasionya hanya hampir dua kali lipat. Dia mencontohkan pihaknya baru mendapat pinjaman fixed lima tahun di Thailand hanya dengan bunga 3,5%.

Penurunan suku bunga kredit menjadi hal yang perlu dilaksanakan agar dunia usaha dapat bangkit. Sebab dengan dunia usaha masih memakai bahan baku impor, ditambah produktivitas yang masih bermasalah karena pandemi, salah satu yang dapat menolong ialah biaya bunga yang rendah.

 

Kredit 2021

Ekonom Indef Aviliani mengatakan pihaknya memprediksi pertumbuhan kredit perbankan nasional di 2021 akan di kisaran 3%-3,5%.

Hal ini terkait pemulihan ekonomi yang masih harus menunggu pandemi dapat dikendalikan.

Pemberian vaksin pun diperkirakan baru terealisasi 50% pada tahun depan sehingga gerak pemulihan berjalan lebih lambat.

Namun, dirinya melihat ada potensi baru di kredit, yaitu pada sektor pariwisata. Ketika pembatasan sosial dilontarkan, tempat wisata mulai didatangi. Pariwisata dia katakan mampu menghidupi ekonomi 10 sektor di bawahnya.

"Kalau perlu, dilombakan saja siapa yang bisa meningkatkan destinasi bisa diberi dana hibah," kata Aviliani.

Pertumbuhan kredit ini bisa didorong juga dari proyek pemerintah. Pemerintah telah menganggarkan sebesar Rp400 triliun untuk infrastruktur.

Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan, sebagai bank BUMN mengusahakan tumbuh kredit sebesar 4-5%. "Karena BRI harus tumbuh di atas rata-rata industri," kata Sunarso.

Namun, hal ini juga akan bergantung pada ada tidaknya permintaan kredit di tahun 2021.

"Asumsikan target dinaikkan, maka untuk KUR saja kami harus menyalurkan minimal Rp140 triliun tahun depan. Kami harus pertajam lagi segmennya apa, sektornya kemana penyaluran kredit diarahkan. Maka sejak pandemi sasaran kredit BRI difokuskan kepada segmen mikro dan ultra mikro yang cepat kena, cepat pulih, dan timbul permintaan kredit daripada segmen menengah dan korporasi," kata Sunarso. (Des/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya