Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Optimalkan Penanganan Covid-19, Pulihkan Destinasi Pariwisata

Mediaindonesia.com
10/11/2020 22:56
Optimalkan Penanganan Covid-19, Pulihkan Destinasi Pariwisata
Sekretaris Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Hariyanto.(Ist)

PANDEMI covid-19 benar-benar memporak-porandakan perekonomian Indonesia, tak terkecuali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Upaya pemulihan perekonomian Indonesia terus dilakukan di era adaptasi kebiasaan baru saat ini. 

Tak terkecuali Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang terus berupaya keras membangkitkan kembali destinasi wisata dan ekonomi kreatif yang terpukul imbas covid-19.

Sekretaris Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Hariyanto, memaparkan skema pemulihan sektor pariwisata dengan mengoptimalkan manajemen krisis penanganan covid-19. 

Menurut dia, dari penelitian yang dilakukannya ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata di era adaptasi kebiasaan baru saat ini. 

"Isu kesehatan menjadi faktor utama pertimbangan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Untuk itu, pada era adaptasi kebiasaan baru saat ini protokol kesehatan dan CHSE harus diterapkan di destinasi wisata," kata Hariyanto, Selasa (10/11).

Menurutnya, kedisiplinan penerapan protokol kesehatan dan destinasi berstandar CHSE (cleanliness,health, safety, and environmental) adalah hal mutlak yang merupakan stimulus bagi wisatawan untuk kembali mengunjungi objek wisata. 

Hal itu berkaitan dengan indeks persepsi dari pasar internasional tekait penanganan covid-19 di Indonesia yang berada di kisaran 20%. Hal ini mengindisikasikan persepsi negatif terhadap dunia pariwisata Indonesia. Hal itu lantatan terjadinya peningkatan signifikan kasus covid-19 pada awal Juli lalu.

Hal itu semakin diperparah dengan minimnya kesadaran wisatawan dan masyarakat mengenai protokol kesehatan di destinasi wisata yang masih rendah. 

"Juga belum ada regulasi sebagai program standar penanganan krisis destinasi pariwisata terdampak pandemi covid-19. Pengendalian dan harmonisasi kebijakan dalam penanganan krisis akibat pandemi masih rendah," papar dia. 

Belum lagi indikator kebersihan dan kesehatan Indonesia menurut indeks daya saing TTCI (Travel and Tourism Competitiveness Index) masih terbilang rendah. Untuk mengatasi hal itu, maka diperlukan regulasi yang adaptif terhadap pandemi dan aplikasi berbasis TTCI, lanjutnya.

Dengan begitu, Hariyanto optimistis kepercayaan masyarakat terhadap peran dan fungsi manajemen krisis penanganan pandemi dalam rangka mitigasi pemulihan dan kesiapan destinasi wisata akan tumbuh. 

Daerah juga memiliki pedoman standar penerapan protokol kesehatan dan CHSE di destinasi wisata yang memenuhi preferensi wisatawan. 

"Akan terjadi juga pemberdayaan masyarakat di destinasi wisata dan ekonomi kreatif yang berujung pada bergeliatnya perekonomian masyarakat," ujarnya.

Maka dari itu, menurut Hariyanto, rencana strategis dalam jangka pendek adalah perlunys validasi data, penyiapan draft regulasi, melakukan harmonisasi regulasi dan menyiapkan rancangan aplikasi indikator TTCI. 

Dukungan datang dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, mengapresiasi penuh apa yang disampaikan oleh Hariyanto. Sebagai wakil rakyat yang membidangi pariwisata, Hetifah mendukung optimalisasi manajemen krisis pengananan pandemi covid-19 dalam rangka pemulihan destinasi pariwisata. 

"Ini merupakan alternatif solusi yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan, kesehatan, keselamatan dan keberlangsungan lingkungan di destinasi pariwisata," kata dia.  

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf, R Kurleni Ukar mengamini paparan Hariyanto. Saat ini, menurut perempuan yang karib disapa Nike itu, Kemenparekraf tengah menyusun pedoman bagi destinasi dan pelaku wisata mengenai protokol kesehatan dan sertifikasi CHSE.

Saat ini, imbas pandemi pola perilaku wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata mengalami perubahan drastis. Jika dahulu hanya atraksi, aksesibilitas dan amenitas yang menjadi pertimbangan wisatawan dalam menentukan destinasi yang akan ditujunya, kini faktor keselamatan kesehatan menjadi pertimbangan yang juga diperhatikan oleh mereka. 

"Maka dari itu penting untuk menerapkan protokol kesehatan dan penerapan CHSE di destinasi wisata. Selain menjadi faktor pertimbangan wisatawan, penerapan protokol kesehatan dan CHSE juga dalam rangka memperbaiki peringkat pariwisata Indonesia berdasarkan indeks TTCI," ucapnya. (RO/OL-09)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik