Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tinggalkan Kimia, Petani Produksi Pupuk dan Pestisida Organik

Mediaindonesia.com
19/9/2020 15:05
Tinggalkan Kimia, Petani Produksi Pupuk dan Pestisida Organik
Pembuatan pupuk dan pestisida organik bersama petani kopi organik dan petugas PPL Dinas Tapsel di Tapanuli Selatan, Sumut.(Ist)

RESPONS petani kopi peserta kegiatan Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun Anggaran 2020 terhadap bimbingan teknis dari Guru Besar Universitas Jenderal Soedirman Prof. Loekas Soesanto, M.S., Ph.D beberapa hari yang lalu sangatlah nyata.

Petani kopi organik di Desa Sampean, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) bersama BBPPTP (Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan) Medan dan petugas PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) Dinas Kabupaten Tapsel mulai memproduksi pupuk dan pestisida organik secara mandiri serta berkomitmen untuk meninggalkan kimia.

Pupuk dan pestisida organik yang diproduksi menggunakan bahan-bahan yang sangat mudah diperoleh dan tersedia di alam. Untuk pupuk organik cair atau disingkat POC, petani hanya membutuhkan bahan-bahan seperti urin sapi, MOL dan gula aren.

Bahan-bahan tersebut dicampur dalam satu wadah (tong atau drum), selanjutnya diaduk sampai merata, ditutup menggunakan plastik hitam untuk proses fermentasi. Setelah tiga minggu, pupuk sudah bisa digunakan dengan cara disemprotkan ke tanaman ataupun disiram ke tanah sekitar perakaran.

Pupuk ini bisa menjadi pengganti pupuk kompos yang selama ini dibeli oleh petani, bahkan dapat juga berfungsi sebagai ZPT (zat pengatur tumbuh). Pupuk ini mengandung senyawa seperti nitrogen, fosfor, kalium dan juga air lebih banyak dibanding kotoran sapi padat.

Selain POC, petani juga memproduksi pupuk ZPT dari bahan rebung. Rebung dicincang halus seperti dadu kemudian ditambah gula putih. Bahan-bahan tersebut dimasukkan kedalam suatu wadah seperti jirigen ataupun ember, ditutup lalu difermentasikan.

Setelah dua minggu, pupuk sudah bisa digunakan. Aplikasi ke tanaman bisa dilakukan dengan cara disiram atau disemprotkan ke seluruh bagian tanaman.

Sedangkan pestisida organik yang diproduksi petani berbahan aktif jamur entomopatogen Beauveria bassiana dan Trichoderma sp.. Pestisida organik ini mengandung beberapa zat seperti antibiotika, enzim, hormon dan toksin yang tidak hanya bermanfaat dalam mengendalikan OPT tetapi juga berpengaruh untuk pertumbuhan tanaman.

Untuk pembuatan pestisida organik tersebut, petani terlebih dahulu memperbanyak stater APH (agensia pengendali hayati) yang dalam hal ini akan dijadikan biang untuk pembuatan pestisida organik.

Isolat APH Trichoderma sp. dan Beauveria bassiana yang diperoleh dari BBPPTP Medan diperbanyak dengan menggunakan media jagung giling.

Setelah 7-14 hari, kedua jamur tersebut menghasilkan spora, maka sudah bisa digunakan sebagai biang untuk membuat larutan pestisida organik. Dalam mengaplikasikan, sebaiknya diencerkan terlebih dahulu dengan air.

Pestisida organik ini sangat aman digunakan bagi tanaman dan tidak berpengaruh negatif terhadap manusia. Tidak hanya untuk tanaman perkebunan, namun pestisida organik ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman pangan dan hortikutura.

Tidak hanya dalam memproduksi, petani juga memerlukan pendampingan dalam mengaplikasikan pupuk dan pestisida organik di kebunnya masing-masing.

Teknik pengaplikasian berbeda-beda untuk setiap OPT. Untuk itu, petani sangat memerlukan peran fungsional POPT dalam mengidentifikasi OPT tanaman. Dengan begitu, penggunaan pupuk dan pestisida organik dapat digunakan secara efektif dan efisien. (OL-09)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya