Kementan Dorong Pekebun Tingkatkan Kualitas Kopi

Mediaindonesia.com
19/9/2020 14:40
Kementan Dorong Pekebun Tingkatkan Kualitas Kopi
Kelompok tani Tani Makmur Jaya Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jatim.(Ist/Kementan)

KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) sangat concern terhadap peningkatan produksi atau ketersediaan komoditas pertanian termasuk perkebunan terutama produktivitas komoditas hingga memiliki kualitas yang bernilai tambah dan berdaya saing dipasar dunia.

Sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo agar seluruh jajaran Kementan mendorong petani agar dapat mengembangkan atau menggenjot produksi komoditas perkebunan.

Salah satu agenda dalam Nawacita adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik, dengan sub agenda peningkatan kedaulatan pangan yang salah satu sasarannya yaitu “1000 desa pertanian organik”.

Adapun untuk tanaman pangan 600 desa, hortikultura 250 desa, dan perkebunan 150 desa. Pengembangan desa pertanian organik pada subsektor perkebunan akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2015 s.d tahun 2019.

Dengan tahapan  pelaksanaannya adalah penetapan CP/CL pada tahun 2015, tahapan inisiasi berupa sosialisasi dan pengadaan input/sarana prasarana produksi pada tahun 2016, penyiapan dokumen, persiapan sertifikasi, sertifikasi produk, dan apresiasi produk organik pada tahun 2017 sampai dengan 2019.

Berdasarkan informasi dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya diketahui bahwa BBPPTP Surabaya memiliki tujuh kelompok tani binaan di Kabupaten Lumajang yaitu dua kelompok tani desa organik dan lima kelompok tani kawasan organik dan siaga OPT (organisme penggangu tanaman).

Luas lahan kopi total mencapai 160 hektare dan merupakan areal terluas di indonesia untuk pertanian organik, serta 1satu klompok tani pada Kegiatan Regu Pengendali OPT yang berada di Kecamatan Senduro. Lumajang, Jawa Timur. Dari tujuh kelompokn tani (poktan) dan hanya dua poktan yang memiliki produk bubuk, Greenbeen, Roasbeen.

Sebagian besar lahan kopi Desa Organik dan Kawasan Organik berada di wilayah perhutani, sehingga menyebabkan beberapa kendala dalam proses sertifikasi serta pengembangannya.

Untuk meningkatkan kualitas kopi maka Kementan melalui BBPPTP Surabaya melaksanakan Bimtek Pasca panen kopi pada  8-9 September 2020 di Kelompok tani Tani Makmur Jaya Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jatim.

Pertemuan diawali dengan penyampaian teori pasca panen kopi, kemudian dilakukan praktek.

Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya  Kresno Suharto mengatakan, agar petugas balai baik PBT (Pengawas Benih Tanaman) maupun POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) memberikan layanan kepada kelompok tani dan masyarakat Perkebunan secara maksimal, mulai dari hulu hingga hilirnya. Jika petani menguasai hulu hilir maka insya Allah mereka akan sejahtera.

”Diharapkan petani dapat menerapkan praktek pasca panen kopi sehingga rasa kopi akan meningkat dan nilai jualnya akan lebih tinggi,” katanya.

Materi yang diberikan untuk pasca panen dan proses pengolahan kopi antara lain  Kualitas kopi ditentukan oleh 60% budidaya, 30 % pasca panen dan pengolahan dan 10 % barista atau penyeduh

Cacat mutu biji kopi Indonesia terdiri dari 13,48 % berlubang (hama bubuk buah), 36,94 % hitam (petik muda), 7,85 % pecah (huller kurang tepat), 37,70 % warna  coklat,  berkulit ari, bertutul-tutul  (fermentasi dan huller kurang tepat, 6.  3,83 %  berbatu, bergelondong,  campur kerikil-tanah  (sortasi longgar), dan faktor yang mempengaruhi kualitas kopi.

Varietas tertentu dapat menghasilkan mutu fisik dan citarasa baik, akan tetapi ada juga sebaliknya. Oleh karena itu, makin tinggi tempat penanaman mutu citarasanya akan semakin baik Tanaman yang pertumbuhannya kurang sehat akan menghasilkan mutu fisik dan citarasa yang kurang baik.

Selain itu, tanaman kopi yang dinaungi cukup citarasanya lebih baik dibanding dengan yang tanpa dinaungi  dan serangan hama dan penyakit dapat menurunkan mutu fisik maupun citarasa kopi biji

Penyebab lain, buah yang dipetik pada saat masak optimal mutu fisik dan citarasa lebih baik dibanding dengan buah yang dipetik racut.

Pengolahan basah akan menghasilkan mutu lebih baik jika dibanding olah kering. Penyimpanan buah kopi yang kurang baik dapat menimbulkan cacat rasa. Pengolahan kopi terdiri dari olah kering yaitu atural, Wine dan olah basah yang terdiri dari Semiwash, Fullwash, Honey.

Menurut Waris, Ketua Kelompok Tani Tani Makmur Jaya, Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe, Lumajang, para pekebun antusias dan semangat untuk belajar proses pasca panen kopi, karena dengan mengolah kopi secara benar tentunya akan menambah pendapatan.

“Harapan kami agar selalu dibina, didampingi, dicarikan info pasar dan berharap juga alat pasca panen kopi. Karena ada beberapa kelompok tani yang dilatih belum memiliki alat pasca Panen,” ujarnya. (OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya