Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
DALAM Kebijakan Energi Nasional (KEN), pemerintah mematok target penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025. Namun, target itu tampaknya sulit dicapai.
Sebab, perkembangan EBT dalam tiga tahun terakhir cenderung flat di kisaran 500 megawatt (MW) per tahun. Pada 2020, perkembangan EBT berada di angka 10.748 MW.
Dengan asumsi perkembangan yang flat, perkembangan EBT hanya akan berkisar 12.800 MW pada 2024. Angka itu terlampau jauh dari target KEN, yang menargetkan 20.000 MW atau 23% dari total energi nasional pada 2025.
Baca juga: Skema Harga Listrik EBT Harus Pro Iklim Investasi
"Ini dalam lima tahun ke depan, kita hanya akan menambah 2.500 MW. Sehingga pada 2024 hanya 12.800 MW. Sedangkan untuk mencapai 23%, kita perlu sekitar 20.000 MW. Memang perlu upaya percepatan," ujar Direktur Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, FX Sutijastoto, dalam konferensi pers virtual, Selasa (28/7).
Apabila hanya mengandalkan percepatan pembangunan, lanjut dia, perkembangan EBT akan berada di kisaran 19.350,5 MW. Pun, angka itu masih belum mencapai target. Namun, pemerintah masih berharap melalui program Green Booster yang dimiliki PT PLN (Persero).
Dengan dukungan program dari perseroan, target pemanfaatan EBT 23% pada 2025 kemungkinan besar tercapai. Jika Green Booster berjalan dengan baik, perkembangan produksi EBT akan berkisar 22.307,3 MW pada 2024.
Baca juga: Pemerintah Yakin Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Masih Positif
"Jika program Green Booster dari PLN efektif, itu akan ada tambahan sekitar 5.000 MW. Jadi kalau itu bisa dicapai, kita bisa mencapai 22.300 MW di 2024. Sehingga target 23% bisa tercapai di 2025. Memang kita harus punya extraordinary effort," pungkas Sutijastoto.
Per Mei 2020, produksi EBT mencapai 14,21%, dibandingkan realisasi produksi non-EBT. Energi air, panas bumi dan sumber energi lain menjadi penopang utama perkembangan EBT. Kontribusi produksi dari masing-masing sumber energi sebesar 5,84%, 8,17% dan 0,20%.(OL-11)
Dirjen Minerba Kementerian ESDM periode 2015-2020, Bambang Gatot Ariyono (BGA) ditahan usai ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi timah
Dirjen Migas KESDM Tutuka Ariadji bersama direksi Pertamina Patra Niaga meninjau langsung sarana dan fasilitas operasional, serta memastikan pasokan energi dalam kondisi aman.
Anggota Komisi VII DPR RI Nurzahedi mengungkapkan program BPBL adalah upaya pemerintah memastikan masyarakat mendapatkan listrik sehingga berdampak positif pada berbagai bidang.
Hingga triwulan III 2023, rasio elektrifikasi (RE), yakni perbandingan jumlah rumah tangga yang berlistrik dengan total rumah tangga se-Indonesia, mencapai 99,74%.
Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan (EBT) yang berasal dari energi surya adalah 845GW, ekivalen dengan 28% dari kapasitas pembangkit lainnya.
PLTP Panas Bumi Sorik Marapi di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, mengalami semburan liar (blow out) yang diikuti dengan keluarnya gas hidrogen sulfida
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved