Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
SEJUMLAH pakar menilai bahwa untuk mengatasi dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi covid-19 di antaranya dapat dilakukan melalui pendekatan green economy. Selain kebijakan dan paket stimulus yang digagas pemerintah, pakar ekonomi menilai bahwa green economy dapat mendorong laju perekonomian Indonesia.
Green economy adalah suatu gagasan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan sekaligus mencegah meningkatnya emisi gas rumah kaca dan mengatasi dampak perubahan iklim.
Baca juga: Pemerintah Rancang Aturan Ekonomi Hijau Rendah Karbon
Diungkapkan Chief Executive Officer Landscape Indonesia, Agus Sari, stimulus yang diberikan pemerintah akan memberikan kekuatan untuk pengembangan green economy. Prinsip dasar sustainability adalah ketika faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan harus dipetakan secara komprehensif.
Semua harus dipetakan untuk melihat sektor mana yang tahan banting terhadap segala kondisi, termasuk pandemi saat ini. Jangan sampai stimulus ini diberikan kepada sektor yang rentan atau bahkan merusak.
"Pandemi ini jarang terjadi tapi semua orang tahu itu pasti terjadi. One way or another, apakah ini black swan? Belum tentu, karena ini pasti terjadi, hanya waktunya saja yang belum kita tahu. Jadi, kita harus bisa antisipasi hal ini sejarang apa pun dia terjadi," papar Agus dalam Asian Insights Conference 2020 bertema ‘Fixing a Fragile World: Anticipating the Next Black Swan?’ yang diadakan Bank DBS Indonesia.
Agus menambahkan, salah satu sektor yang harus menjadi perhatian pengembangan green economy adalah energi. Energi terbarukan yang ada di dalam negeri masih bisa dikembangkan. Tidak hanya itu, pandemi juga mengajarkan bahwa sektor kesehatan dan obat-obatan di Indonesia masih sangat rentan. Hal ini membuat kedua sektor tersebut menjadi sangat penting untuk dikembangkan.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengaku telah memulai penerapan langkah sustainability dalam pembangunan dan industri manufaktur. “Kami melihat tujuh peluang yang tengah menjadi fokus Jabar dalam memajukan ekonomi di tengah pandemi. Salah satunya adalah bisnis dan industri kami telah mengarah pada sustainable. Kami sedang melakukan transformasi terhadap lima pabrik plastik untuk menjadi pabrik solar, menggunakan sampah kota menjadi bahan pembakaran pengganti batu bara yang sedang dibangun di kawasan Bogor dan beberapa daerah di Jawa Barat,” jelas Ridwan Kamil.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sejatinya telah mengidentifikasi pembangunan rendah karbon yang dapat menghasilkan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 6% dalam setahun. Sebab pemerintah memang berkepentingan untuk menciptakan strategi investasi hijau yang berkelanjutan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali ke rencana semula. Implementasi green economy pun kini tengah dipersiapkan dan mulai dilirik oleh para investor dan pelaku bisnis.
Executive Director Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Gita Syahrani memaparkan bahwa investasi hijau merupakan salah satu stimulus efektif dalam mengatasi dampak pandemi covid-19. Pemerintah daerah telah menerapkan kebijakan inovatif untuk pembangunan lestari yang menjaga lingkungan tapi menyejahterakan rakyat seperti Perda Sigi Hijau dan Peraturan Bupati Siak Hijau.
"Hal itu dilakukan agar setiap pembangunan bisa menjaga fungsi ekologis seperti ketersediaan air, kualitas tanah dan udara yang baik serta akses terhadap sumber energi terbarukan. Apabila ini terjadi, maka ketahanan terhadap bencana, termasuk covid-19, akan meningkat," ujarnya.
Kendati demikian, besarnya potensi yang akan dihasilkan dari ekonomi hijau ini, kata dia, tidak serta-merta langsung menarik minat investor. Risiko yang tinggi dan proses yang panjang menjadi salah satu faktor pemberat bagi investor untuk masuk. Ditambah lagi, proyeksi keuntungan yang masih belum bisa dipastikan.
Executive Chairman Yayasan Inisiatif Dagang Hijau, Fitrian Ardiansyah memaparkan daya tahan dalam sebuah ekonomi hijau menjadi sangat penting terutama dari sisi investasi. “Pasalnya, tidak akan ada investor jika usaha tersebut tidak bertahan lama atau bahkan tidak memberikan keuntungan ataupun menyebabkan masalah baru. Profit berkaitan dengan produktivitas, berkaitan dengan kesehatan dan keberlanjutan. Model bisnis yang dicari investor adalah model bisnis yang selalu bisa mendorong produktivitas sekaligus menjamin keberlangsungan dan memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” ungkapnya.
Gita Syahrani menyebut bahwa pemerataan pembangunan selalu menjadi target nasional. “Akan tetapi, kalau dilihat dari flow of investment, belum cukup sama sekali. Ini adalah saat yang tepat untuk menarik investasi yang memperkuat infrastruktur, UMKM dan SDM pendukung untuk pengembangan domestic supply chain, terutama untuk produk turunan lestari sesuai potensi daerah seperti madu, kelor (moringa) atau potensi rempah alam lainnya. Data menunjukkan, konsumen Indonesia saat ini memang mendukung produk lokal, jadi saya yakin penetrasi produk lokal lestari ke platform e-commerce misalnya, bisa meningkat, kalau kebijakan nasional memang berpihak," cetusnya.
Dengan kondisi tersebut, green economy, kata dia menjadi sebuah keniscayaan dan bisa dipertimbangkan untuk skenario pembangunan yang valid. Setiap daerah akan memiliki nilai tambah. Tidak hanya itu, ekonomi juga akan semakin berpihak kepada masyarakat, bukan karena mereka berhak, melainkan karena masyarakat tersebut mampu mengelola ekonomi di daerahnya.
Kerja sama yang apik antara pemerintah pusat dengan lembaga keuangan, serta perusahaan swasta kini tengah dibutuhkan untuk memulihkan perekonomian Indonesia. Bank DBS Indonesia berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang seimbang antara ekonomi dan bisnis.
“Sebagai bank, kami terus berupaya menerapkan nilai keberlanjutan atas kesadaran peran kami sebagai lembaga keuangan, yang menjalankan bisnis yang berkelanjutan bagi generasi masa depan dan lingkungan hidup. Bank DBS Indonesia mengimplementasikan nilai tersebut melalui layanan perbankan yang terdepan dan terpercaya, serta dikurasi sesuai dengan kebutuhan nasabah. Kami juga turut aktif terlibat dalam pengembangan wirausaha sosial di Indonesia melalui DBS Foundation,” cetus Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, Paulus Sutisna.
“Soal isu keberlanjutan (sustainability) merupakan salah satu prioritas dan fokus bisnis kami. Kami terus berupaya menerapkan nilai dan langkah keberlanjutan dalam setiap lini bisnis, budaya kerja dan aktivitas perbankan kami. Acara ini pun salah satu bentuk komitmen kami sebagai lembaga perbankan yang digerakkan oleh tujuan dalam menciptakan keseimbangan ekonomi dan lingkungan,” ujar Paulus. (RO/A-1)
Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) menyerahkan 23.171 pohon trembesi untuk menghijaukan dua ruas jalan tol di wilayah Bakauheni-Palembang.
Dibandingkan kendaraan konvensional berbahan bakar fosil, kendaraan listrik menawarkan penghematan signifikan dalam konsumsi energi, biaya perawatan yang lebih rendah.
Pasar gas bumi yang terbentuk ini akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar
Dengan pengawasan yang tepat, AI bukanlah ancaman, melainkan peluang besar yang dapat mempermudah kehidupan manusia.
Peneliti Rice University dan University of Houston menciptakan biopolimer baru sekuat logam namun fleksibel seperti plastik, tanpa polusi.
Keberadaan TPSR3 yang ramah lingkungan itu, nantinya juga akan memiliki potensi ekonomi bagi masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved