Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

BI Disarankan Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin

M Ilham Ramadhan
15/7/2020 15:10
BI Disarankan Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin
Jajaran gedung perkantoran di Jakarta. BI disarankan memangkas BI rate guna mendorong pemulihan ekonomi(MI/Ramdani)

Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menilai  Bank Indonesia (BI) masih  perlu untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4% dari yang berlaku saat ini.


Hal itu perlu dipertimbangkan dalam  dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 15-16 Juli 2020.

"Kami memandang pemotongan suku bunga kebijakan sebesar 25bps merupakan langkah tepat. Pemotongan suku bunga ini dapat mendorong permintaan agregat dan meringankan beban burden sharing, di mana pemotongan suku bunga akan meringankan beban dari operasi moneter BI yang menggunakan skema burden sharing atau penerbitan obligasi oleh kementerian keuangan," ujar Riefky dalam laporan analisanya yang diterima, Rabu (15/7).

Ia menilai, pemotongan suku bunga menjadi relevan bila dilihat dari perkembangan terkini terkait skema burden sharing BI dengan kemenkeu, nilai tukar yang relatif stabil, cadangan devisa yang cukup dan kepercayaan investor yang terjaga di pasar keuangan.

Pada mekanisme burden sharing, kata Riefky, tindakan monestasi utang dinilai dapat membawa risiko moral hazard yang dibawa oleh bank sentral karena menjadi kurang independen. 

Risiko kredibilitas itu dapat meningkatkan perceived risks Indonesia yang mengarah pada penurunan rating negara dan memicu kenaikan imbal hasil yang harus ditawarkan dari surat utang pemerintah.

Selain itu, kenaikan jumlah uang beredar akibat skema burden sharing akan memberikan tekanan pada inflasi dan volatilitas nilai tukar rupiah. 

"Namun, BI dan Kemenkeu nampak sudah sangat menyadari risiko ini melihat kedua institusi tersebut secara aktif melakukan klarifikasi terkait skema burden-sharing ini sifatnya akan “one-off” policy untuk meyakinkan investor akan kredibilitas bank sentral yang tetap dijaga," tutur Riefky.

Di sisi lain, peningkatan cadangan devisa kembali terjadi ke US$131,72 miliar pada Juni, lebih baik dibanding Mei sebesar US$130,54 miliar. Tren positif itu sebagian besar dikontribusi oleh penerbitan surat utang global.

"Cadangan devisa yang lebih tinggi juga membuat BI memiliki ketahanan lebih dalam menghadapi gejolak eksternal dan menjaga stabilitas finansial," pungkasnya. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya