Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Pengembangan Food Estate Hadirkan Antusiasme Petani Kapuas

Despian Nurhidayat
09/7/2020 14:55
 Pengembangan Food Estate Hadirkan Antusiasme Petani Kapuas
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto meninjau lahan yang akan dijadikan Food Estate di Kapuas, Kalteng(ANTARA/HAFIDZ MUBARAK A)

PEMERINTAH saat ini tengah melakukan pencanangan pengembangan program food estate atau lumbung pangan seluas 165 hektar (ha) di lahan rawa Kalimantan Selatan. Program ini juga menjadi salah satu upaya pemerintah dalam mengantisipasi Indonesia dari ancaman krisis pangan, seperti yang diperingatkan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO).

Desa Bentuk Jaya, Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas merupakan salah satu titik lahan yang terpilih untuk digunakan dalam pengembangan program food estate tersebut. Hal ini pun nyatanya disambut dengan antusias oleh para petani setempat.

"Dengan adanya rencana pengembangan food estate ini, petani di sini menjadi lebih semangat dalam bertani. Kami 100% sangat antusias dengan rencana pemerintah ini," ungkap Ketua Kelompok Tani Karya Mukti Desa Bentuk Jaya, Caswawi Ifrayogi, 56, dilansir dari keterangan resmi, Kamis(9/7).

Caswawi menambahkan, bantuan pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) sebenarnya sangat banyak dalam berbagai program. Namun kondisi alam menjadi kendala utama untuk petani berproduksi.

"Contohnya untuk musim tanam April- September (ASEP) 2020 menjadi mundur hingga saat ini karena mulai dari April hingga minggu lalu lahan banjir," sambungnya.

Menurutnya, lahan pertanian di desa tersebut sangat subur dan petani fokus berproduksi untuk menanam komoditas tanaman pangan dan hortikultura seperti padi dan cabe. Namun karena kondisi alam kini minat petani berkurang untuk bertani.

"Petani di sini berharap program food estate ini menjadi penyemangat kami untuk mengembalikan minat petani lain ke sawah. Semoga program pemerintah ini sukses ya," ujar Caswawi.

Selain itu, Pengembangan food estate yang sedang digarap oleh pemerintah ini merupakan food estate modern, sehingga tidak hanya manual tetapi juga harus dengan skilled labour. Tenaga kerja dibutuhkan yang terlatih karena bukan hanya menyangkut produksi tetapi juga sampai ke pascaproduksi.

Pengembangan lahan rawa menjadi lumbung pangan berada di kawasan aluvial pada lahan eks Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Provinsi Kalimantan Tengah. Proyek ini telah menjadi salah satu Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024.

Baca juga: Mentan: Food Estate, Fokus Pemerintah Amankan Ketersediaan Pangan

Di tempat yang sama, Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan optimalisasi lahan rawa ini dinilai menjadi salah satu terobosan yang tengah fokus dilakukan untuk meningkatkan atau mengamankan ketersediaan beras dalam negeri sehingga kebutuhan dapat dipenuhi secara mandiri.

"Presiden Jokowi menginstruksikan kepada saya untuk mempersiapkan Provinsi Kalimantan Tengah menjadi lumbung pangan. Dengan potensi lahan rawa yang kini dapat menjadi lahan pertanian produktif, kita yakin membangun lumbung pangan di Kalimantan Tengah ini," kata Syahrul.

Proyek food estate kawasan aluvial pada lahan eks lahan gambut ini memiliki lahan potensial seluas 165 ribu hektare. Pengembangan lahan food estate di Kalteng terdiri dari lahan intensifikasi seluas 85.456 ha dan lahan ekstensifikasi seluas 79.142 ha.

Dimulai pada tahun 2020 dengan pengembangan lahan intensifikasi seluas 30 ribu ha sbagai model percontohan food estate modern berbasis korporasi petani.

"Pengembangan ini dilakukan di kabupaten Kapuas seluas 20 ribu hektar dan di kabupaten Pulang Pisau seluas 10 ribu ha," ujarnya.

Lebih lanjut, Syahrul menegaskan bahwa pengembangan lahan food estate tersebut bukan membuka kembali lahan eks pengembangan lahan gambut (PLG), tapi mengoptimalkan pemanfaatan lahan exsisting eks PLG dan non eks PLG untuk pangan.

Lahan ini merupakan lahan rawa yang meliputi rawa pasang surut dan lebak dimana lahan tersebut mengandung dominan tanah mineral dibanding tanah gambut. Gambut yg ada umumnya gambut dangkal-sedang (kurang dr 1 m).

"Ini dikerjakan bertahap. Setelah irigasi tersedia, kami akan melakukan pembudidayaan untuk mempersiapkan prasarana, petaninya, bibit-benih, pupuk, dan obat-obatan yang dibutuhkan," tutup Syahrul. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya