Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Penyelamatan Bank Menjadi Prioritas Utama

Hilda Julaika
03/7/2020 05:50
Penyelamatan Bank Menjadi Prioritas Utama
Suasana pelayanan nasabah di kantor pusat Bank Bukopin, MT Haryono, Jakarta Selatan, kemarin.(ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah)

LANGKAH penyelamatan Bank Bukopin yang dilakukan bank asing tidak perlu dipermasalahkan. Saat ini langkah yang diperlukan ialah penyelamatan bank tersebut untuk mencegah terjadinya penarikan dana nasabah besar-besaran (rush money).

Kedua pemegang saham terbesar Bank Bukopin, yakni Bosowa Corporation dan KB Kookmin Bank telah menyatakan kesiapan untuk memberikan dana segar melalui skema penawaran umum terbatas kelima (PUT V) dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) setelah mendapat persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kookmin Bank bertindak sebagai pembeli siaga yang akan mengambil seluruh sisa saham yang tidak dilaksanakan haknya oleh pemegang saham lainnya, sesuai dengan rencana bank asal Ko­rea Selatan itu menjadi pemegang saham pengendali Bank Bukopin.

Menurut Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah, langkah tersebut sudah tepat diambil untuk menyelamatkan likuiditas Bank Bukopin.

Jika tidak, situasi ini bisa merembet menjadi rush money (penarikan dana bank oleh nasabah) karena kepanikan publik.

“Yang dibutuhkan Bank Bu­kopin saat ini adalah dana segar untuk ketersediaan likuiditas. Yang terjadi saat ini sudah mengarah ke rush karena masyarakat sudah mulai menarik tabungan. Kalau terus berlangsung bisa masuk ke kategori rush,” ujar Piter dalam diskusi mengenai Kesehatan Bank di Tengah Pandemi, di Jakarta, kemarin.

Menurut Piter, meski tawaran penyelamatan itu datangnya dari bank asing, itu bukan merupakan sebuah masalah.

Pasalnya, langkah tersebut saat ini ialah menyelamatkan bank. Ditambah, di era saat ini konteks globalisasi tak bisa dihindarkan. Sebuah negara tak bisa terbebas dari modal asing.

“Konteks perbankan tidak masalah mengenai bank asing. Dalam konteks global, mana ada sebuah negara yang bebas dari modal asing,” je­lasnya.

Menurut Piter, saat ini yang harus dilihat ialah iktikad baik dari kedua pemegang saham tersebut untuk menunjukkan komitmen mereka menempatkan dana di Bank Bukopin serta untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat atas bank tersebut.

Dia juga mendorong Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk mempertimbangkan penyebutan nama-nama bank sebelum diungkap ke publik kaitannya dengan pelaksanaan pengawasan bank oleh OJK.

“Karena dampaknya sangat negatif terhadap perbankan, bank bersangkutan, dan ujungnya kepada perbankan keseluruhan,” katanya.

Cegah dampak lanjutan

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fathan Subchi meminta se­mua pihak mengutamakan kesehatan Bank Bukopin dalam upaya penyelamatan agar tidak menimbulkan dampak lanjutan di sektor keuangan di tengah pandemi covid-19.

“Soal isu nasionalisme, isu Merah Putih, saya sepakat kesehatan banknya dijaga dulu karena kalau ini tidak teratasi, imbasnya akan luar biasa dan kita akan menyesal,” katanya dalam diskusi yang sama.

Ia mengapresiasi langkah cepat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam upaya penyelamatan bank yang didirikan pada 1970 itu.

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengharapkan upaya penyelamatan ter­ha­dap Bank Bukopin bisa me­ngerem informasi liar yang sempat membuat kepanikan nasabah. (Ant/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya